REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laga perempat final Piala Dunia FIBA 2019 akan berlanjut pada Rabu (11/9). Salah satu gim menarik yang akan tersaji adalah duel Amerika Serikat melawan Prancis.
Sejak babak pertama dan kedua fase grup, AS sulit ditandingi. Hanya sekali AS nyaris tersandung saat memetik kemenangan lewat overtime melawan Turki. Selebihnya, tim asuhan Gregg Popovich meraih kemenangan meyakinkan atas Republik Ceska, Turki, Jepang, Yunani dan Brasil.
Terakhir kali AS bertemu Prancis di Piala Dunia FIBA pada 50 tahun lalu di edisi 1963. Saat itu, AS menang 81-61, dipimpin oleh legenda New York Knick Willis Reed.
Pertemuan terakhir AS melawan Prancis terjadi Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. AS hanya menang tipis 100-97 berkat ketajaman Klay Thompson yang mencetak 30 poin.
Willis Reed dan Klay Thompson mungkin tidak berada di China untuk Piala Dunia kali ini, tetapi Gregg Popovich memiliki sekelompok pemain NBA yang siap bertarung di bawah sorotan. Sejauh ini, talenta Amerika telah cukup terbukti, meskipun mereka hampir saja dipermalukan Turki.
Prancis akan menjadi ujian terberat AS di China, dan akan sangat menarik untuk melihat bagaimana respons sang unggulan. Terutama karena mereka sangat tidak konsisten dalam mencetak poin. Setelah rata-rata mengemas 93,0 poin per game pada babak pertama grup, skor ini turun menjadi hanya 79,0 poin per game pada babak kedua.
Sedangkan Prancis, meski dalam daftar pemain memiliki rata-rata tinggi 2,02 m, namun justru rebound telah menjadi masalah utama bagi mereka. Mereka benar-benar mati terakhir dalam hal rebound di antara 32 tim di Piala Dunia dengan hanya 31,0 per pertandingan. Mereka kalah rebound dalam empat dari lima pertandingan pertama mereka. Melawan tim seatletis AS, rebound mungkin akan menjadi pembeda.
Ini juga akan menarik untuk melihat apakah Prancis dapat bertahan dengan disiplin. Dari semua tim di Babak Kedua, Prancis memiliki jumlah pelanggaran tertinggi ketiga per pertandingan. Mereka tidak boleh memberikan terlalu banyak tembakan bebas kepada AS dalam pertandingan sistem gugur tersebut.
As bermasalah dalam tembakan jarak jauh dengan akurasi hanya 32,7 persen dari luar busur pada tahap ini. Sebaliknya anak-anak asuh Vincent Collet semakin tajam, menembakkan 47,4 persen dari jarak jauh.
"Kami senang bahwa kami lolos ke Olimpiade. Saya kira ketika kami memainkan permainan [melawan Prancis], kami akan mencari tahu apakah kami dapat (bermain menyerang lebih baik)," kata pelatih kepala AS Gregg Popovich, dikutip dari laman fiba.basketball.com, Rabu (11/9).
"Ini jauh berbeda dari bola basket NBA. Peran saya adalah menyediakan energi, rebound, dan memblok tembakan. Itulah yang saya lakukan. Saya mencoba untuk memfokuskan dan energi saya dalam melakukan hal-hal itu. Menantikan pertarungan dengan Rudy Gobert. Dia pemain defensif yang bagus. Saya siap," imbuh center AS Myles Turner.
Pelatih Prancis Vincent Collet mengakui timnya harus melawan tim terkuat di perempat final. "Tetapi kami akan memberikan segalanya untuk berhasil dalam hal yang mustahil," kata Collet.
"Kami harus tetap bersama dan memikirkan pertandingan kami berikutnya. Untuk melangkah sejauh mungkin, kami harus melewati Amerika Serikat," kata Guard Prancis Nando De Colo.