Selasa 17 Sep 2019 06:39 WIB

Ibu Kota Baru, Bappenas Optimistis Investasi di Kaltim Naik

Investasi riil di Kalimantan Timur (Kaltim) diprediksi bakal naik 47,7 persen.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi Ibukota Pindah
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Ibukota Pindah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas/PPN) optimistis aliran investasi riil di Kalimantan Timur bakal naik 47,7 persen. Investasi riil paling besar disumbang dari adanya pembangunan infrastruktur fisik.

Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, mengatakan, kenaikan investasi itu akan terjadi dalam jangka pendek. Kenaikan tersebut juga akan meningkatkan laju investasi di Pulau Kalimantan sebesar 34,5 persen dan di Indonesia 4,7 persen.

"Investasi di Kalimantan Timur juga akan mendorong investasi di provinsi sekitar," kata Bambang dalam Dialog Nasional Keempat Pembangunan Ibu Kota Baru di Jakarta, Senin (16/9).

Mantan menteri keuangan itu melanjutkan, dari adanya kenaikan investasi riil, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Kaltim bakal tembus 7,3 persen. Adapun bagi Pulau Kalimantan bakal ikut merasakan dampaknya dan mengalami kenaikan PDB sebear 4,7 persen.

Secara nasional, pembangunan ibu kota baru mendonkrak PDB sekitar 0,6 persen. "Pembangunan ibu kota baru membutuhkan suplai material dan barang. Ini akan meningkatkan perdagangan antar provinsi di Kalimantan, Sulawesi, serta Jakarta dan Jawa," ujarnya.

Bambang menyebut, naiknya investasi dan PDB akan membuat pergerakan ekonomi di Kaltim terdiversifikasi. Dari semula yang lebih mengandalkan komoditas mentah seperti kelapa sawit dan batubara, bergeser ke sektor jasa pemerintahan dan pertahanan.

Ekonomi kalimantan, kata Bambang, akan menjadi sangat berbeda dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi Kalimantan. Pembangunan ibu kota baru yang dilakukan tahun 2020 juga merupakan langkah pemerintah dalam kebijakan counter cyclical.

Ekonomi global 2020 diprediksi mengalami resesi, namun pemerintah akan tetap melakukan pembangunan untuk menjaga agar perekonomian Indonesia tidak ikut melemah. "Cara menyikapi yang terbaik resesi ekonomi adalah dengan tidak mengikuti siklus," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement