REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khameni tegaskan tidak akan ada pembicaraan apa pun dengan Amerika Serikat (AS). Pernyataan tersebut tampaknya untuk mengakhiri segala spekulasi kemungkinan pertemuan antar-kedua presiden di sela Sidang Umum PBB di New York.
"Tidak ada pembicaraan apa pun dengan AS di segala lini," kata Khamenei, Selasa (17/9).
Stasiun televisi Iran mengutip Khamenei yang mengatakan posisi ini berlaku untuk seluruh kepemimpinan di Iran. Ia mengatakan 'seluruh pejabat republik Islam meyakininya'.
Sebelumnya ada laporkan ada kemungkinan Presiden AS Donald Trump akan bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani. Tapi ketegangan di kawasan Teluk Persia kembali meningkat setelah serangan drone ke pabrik pengolahan minyak di Arab Saudi.
AS menuduh Iran berada di balik serangan tersebut. Tuduhan yang dengan tegas dibantah Iran. Houthi yang didukung Iran di Yaman mengaku bertanggung jawab atas serangan yang menyebabkan kebakaran hebat di pabrik pengolahan dan ladang minyak di Arab Saudi.
Pada hari Senin (16/9), kemarin Trump mengatakan 'tampaknya' Iran yang berada dibalik serangan itu. Tapi, ia menekankan tidak akan menggunakan langkah militer untuk merespons serangan terhadap sekutu AS di Timur Tengah itu.
Serangan itu telah mengakibatkan harga minyak dunia naik dan meningkatkan kekhawatiran perang baru di Timur Tengah. Trump menahan segala bentuk tindakan militer. Ia mengatakan serangan itu tidak akan berdampak signifikan pada AS sebagai eksportir energi bersih.
Pemerintah Arab Saudi menyebut serangan itu sebagai 'sabotase dan aksi agresif yang belum pernah terjadi sebelumnya'. Tapi mereka tidak menyalahkan Iran secara langsung.
Salah seorang pejabat pemerintah AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan AS sedang mempertimbangkan untuk mengerahkan sumber daya militer ke Teluk tapi sampai saat ini belum ada keputusan yang dibuat. AS sudah mengerahkan kapal induk USS Abraham Lincoln, pesawat jet, pesawat bomber, pesawat intai, dan sistem pertahanan udara ke kawasan.
Trump mengubah-ubah sikapnya antara agresif dan non-kekerasan. Ia mengatakan AS dapat merespon serangan itu dengan 'serangan yang jauh, jauh lebih besar'. Tapi juga mengatakan saat ini ia tidak melihat pilihan itu.