REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Karier Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat ini ada di ujung tanduk. Meski ia mencalonkan diri kembali sebagai perdana menteri untuk kelima kalinya di pemilu Israel, Selasa (17/9), ia juga memiliki kasus korupsi.
Partai Likud sayap kanan Israel yang dipimpin Perdana Menteri Benjamin Netanyahu gagal mendapatkan mayoritas suara penting untuk membentuk koalisi di parlemen. Hal itu dilihat berdasarkan exit poll usai pemungutan suara putaran kedua Israel, Selasa (17/9) waktu setempat.
Exit poll menunjukkan Partai Likud Netanyahu gagal mengamankan 61 kursi di parlemen untuk membentuk pemerintahan koalisi. Menurut badan penyiaran publik Israel, KAN, partai Likud mengantongi total 56 kursi sedangkan aliansi sentris Blue and White yang dipimpin Benny Gantz dan partai-partai kirinya mengamankan 43 kursi.
Selain itu, perdana menteri terlama dalam sejarah Israel itu juga sedang menghadapi tantangan berat dari pesaingnya dalam pemilu tersebut. Pensiunan kepala militer Benny Gantz menjadi penantang terbesarnya.
Dua tokoh Israel tersebut juga sempat melakukan kampanye secara singkat, namun disertai konflik. Netanyahu dalam kampanyenya mencoba menggambarkan dirinya sebagai negarawan yang berpengalaman dan meyakinkan berbagai masa sulit di Israel terlewati.
Namun demikian, Gantz juga menggambarkan Netanyahu sebagai tokoh dengan skandal dan memecah-belah berbagai pihak. Dia menawarkan dirinya sebagai alternatif atau orang yang akan menenangkan.
Gantz yang memilih di kota kelahirannya di Israel tengah mendesak warga Israel memilih dan terus berharap pada kebaikan. "Kami akan membawa harapan, kami akan membawa perubahan, tanpa korupsi, tanpa ekstremisme," kata Gantz, Rabu (18/9).
Netanyahu dalam kampanyenya juga memamerkan hubungan dekatnya dengan Presiden Donald Trump, yang telah berjanji melaksanakan rencana perdamaian setelah pemilihan. Trump menanggapinya dengan antusiasme dan optimistis akan mendapatkan hasil yang menarik.
Namun demikian, Jaksa Agung Israel telah merekomendasikan tuntutan pidana yang mendesak terhadap Netanyahu dalam tiga kasus korupsi terpisah. Dengan kasus tersebut, Netanyahu sedang berusaha dengan keras menggalang basis nasionalismenya.
Aral masih melintang, Facebook pada Selasa kemarin juga menghukum Netanyahu untuk kedua kalinya pada saat melakukan kampanye. Sebelumnya, chat bot akun pribadi tersebut ditangguhkan setelah menuding orang Arab ingin memusnahkan 'kita' semua dalam unggahannya.
Pemungutan suara yang dimulai sejak pukul 07.00 waktu setempat dan diharapkan selesai pada pukul 22.00 waktu setempat. Hasil resmi tersebut kemudian akan diproyeksikan dalam semalam.