Rabu 18 Sep 2019 15:51 WIB

JIC Gelar Diskusi Membangun Peradaban Islam

Peradaban Islam yang harus diwujudkan adalah peradaban Islam Rahmatan lil alamin.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Gita Amanda
JIC mengadakan Diskusi Islam Aktual Ibukota membahas tema Spirit Muharram  untuk Kebangkitan Peradaban Islam di Indonesia dan Nusantara.
Foto: dok : JIC
JIC mengadakan Diskusi Islam Aktual Ibukota membahas tema Spirit Muharram untuk Kebangkitan Peradaban Islam di Indonesia dan Nusantara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muharram adalah bulan yang spesial bagi umat Islam. Pada Muharram 1441 Hijriyah ini, Jakarta Islamic Centre (JIC) mengabadikan momentum hijrah melalui kegiatan diskusi bertajuk "Islam Aktual Ibukota".

Kegiatan ini dilaksanakan Selasa (17/9) kemarin dengan mengambil tema "Spirit Muharram untuk Kebangkitan Peradaban Islam di Indonesia dan Nusantara". Dalam sambutan pembukaan, Kepala Sekretariat PPPIJ JIC, Achmad Juhandi, menjelaskan tentang sejarah dan Visi Jakarta Islamic Centre sebagai Pusat Peradaban Islam.

Baca Juga

"Visi JIC menjadi pusat peradaban Islam adalah sebuah visi besar tidak mungkin dikerjakan JIC sendiri. Ini adalah tanggung jawab bersama seluruh elemen umat Islam," ujarnya di Ruang Teater Gedung Sosbud JIC, Selasa (17/9).

Diskusi yang dilaksanakan di ruangan megah Auditorum Gedung Sosial Budaya ini menghadirkan empat orang pembicara. Mereka adalah Prof. DR. HM. Baharun, SH, MH,  Prof. DR. H. Achmad Mubarak, MA, H. Hartono Limin dan H. Rakhmad Zailani Kiki dari Divisi Pengkajian dan Pendidikan JIC.

Dalam penjelasannya, Prof. Baharun banyak menjelaskan tentang proses hijrah Rasulullah SAW. Terakhir ia memberikan kesimpulan bahwa peradaban Islam yang harus diwujudkan adalah peradaban Islam Rahmatan lil alamin. Selain itu diperlukan pula kebersamaan yakni ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah basyariyah.

Ia pun menyebut, dewasa ini umat harus berhati-hati dengan tafsiran Alquran. Tafsir dan nash adalah dua hal berbeda. Tafsir bukan berarti nash.

Prof Baharun menyatakan saat ini banyak aliran-aliran yang berlindung dibalik tafsir masing-masing. Banyak yang menafsirkan Alquran secara subjektif, disesuaikan menurut afiliasi atau ideologi masing-masing.

"Banyak aliran-aliran saat ini berlindung dibalik tafsir maka kembali ke nash. Biarkan Alquran menafsirkan dirinya sendiri. Bukan menafsir secara subjektif," ujarnya.

Rakhmad Zailani Kiki, atas nama JIC menyampaikan bahwa gagasan membangun peradaban Islam itu bagi JIC sudah ditetapkan dalam visinya menjadi Pusat Peradaban Islam. Hal ini kemudian diimplementasikan salah satunya dalam kegiatan Pendidikan Kader Peradaban Islam (PKPI).

"Program ini adalah sebuah pendidikan untuk menambah wawasan dan mendidik kader peradaban Islam masa depan. Dan momentum Muharram ini tentunya sangat tepat untuk dijadikan jalan untuk memperkuat visi peradaban Islam JIC," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement