DAGO, AYOBANDUNG.COM -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menilai industri 4.0 menjadi tantangan bagi arsitek. Oleh karena itu, Ridwan Kamil meminta arsitek beradaptasi dengan kebutuhan zaman yang berubah secara dinamis.
“Tantangan zaman makin besar, kalau saya titip pesan kira-kira jangan pasif di zaman yang serba dinamis. Kita harus jadi arsitek yang sangat aktif, tidak bisa menunggu tapi juga proaktif,” ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil saat menghadiri acara peringatan HUT ke-60 Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) di Dago Tea House, Kota Bandung.
AYO BACA : Ciri Khas "Wuwungan" dan Pewayangan dalam Desain Arsitektur Soekarno
Menurut Emil, dimensi-dimensi baru harus juga bisa diadaptasi yakni ada isu 4.0, ada isu inklusif, Architecture Without Walls. "Saya kira salah satu semangat bahwa yang harus dilayani arsitek tidak hanya mereka yang mampu membayar tapi juga pihak-pihak yang berkesusahan,” katanya.
AYO BACA : 4 Kontroversi Ridwan Kamil Selama Jadi Gubernur
Sebagai orang yang memiliki latar belakang arsitek, Emil mengajak para arsitek Indonesia memiliki semangat inklusivitas. Dengan begitu, kata dia, para arsitek dapat menjawab tantangan zaman pada masa depan.
Karena itu, profesi yang akan bertahan pada masa depan merupakan profesi yang bersifat problem solving.
“Satu hal yang jadi renungan saya, profesi arsitek adalah profesi yang umurnya panjang. Dalam revolusi industri 4.0, di mana pekerjaan-pekerjaan rutin akan digantikan oleh robot, oleh hitungan internet, oleh artificial intelegent, oleh Internet of Think (IOT), dan seterunsya,” kata Emil.
AYO BACA : Raja Malaysia Kagumi Arsitektur Candi Borobudur