REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menghargai aksi mahasiswa yang mengkritisi UU KPK dan RUU kontroversi lain. Ia merasa demonstrasi itu merupakan aksi yang secara murni memperjuangkan aspirasi rakyat. Aksi merupakan wujud panggilan nurani kecendekiaan selaku insan kampus.
"Agar tetap pada tujuan semula dan berjalan dengan damai, tertib, taat aturan dan tidak menjadi anarkis," kata Haedar, Rabu (25/9).
Kepada kepolisian, Haedar berpesan agar mereka hendaknya menjalankan tugas sebagaimana mestinya dan tidak melakukan tindakan-tindakan represif. Apalagi, kekerasan bentuk apapun agar tercipta suasana kondusif.
Situasi aksi demonstrasi mahasiswa di depan gedung DPR/MPR RI pukul 16.58 WIB. Polisi terus memukul mundur mahasiswa dengan menggunakan gas air mata.
Ia mengimbau agar mereka dapat menegakkan hukum, ketertiban dengan benar, adil, obyektif dan moral yang tinggi. Termasuk, menghormati tempat-tempat ibadah dan ruang-ruang publik agar terjaga dengan baik.
"Pejabat negara dan elite bangsa hendaknya mengedepankan sikap yang positif dan seksama, serta tidak melontarkan opini-opini atau pendapat yang dapat memanaskan suasana," ujar Haedar.
Haedar menilai, penundaan pembahasan RUU kontroversi menjadi langkah tepat dan bentuk kepekaan terhadap aspirasi rakyat. Khusus kepada DPR, ia menekankan setelah ini harus ada perubahan subtansi dan isi.
Hal itu harus dilakukan agar sejalan dengan aspirasi terbesar masyarakat, sekaligus, mempertimbangkan kepentingan utama bangsa dan negara Indonesia.
Ia meminta agar pengalaman revisi UU KPK bisa menjadi pelajaran berharga. "Agar DPR benar-benar menyerap aspirasi masyarakat dan tidak menunjukkan keangkuhan kuasa yang pada akhirnya menimbulkan ketidakpuasan dan ketidakpercayaan publik," kata Haedar, menegaskan.
Haedar menekankan, semua harus mengutamakan kepentingan dan keutuhan Indonesia di atas kepentingan diri, kelompok, institusi dan lainnya. Ia pun berharap aksi mahasiswa hendaknya tidak dipolitisasi atau diperkeruh.
"Bangsa ini memiliki banyak masalah dan tangangan yang tidak ringan, karenanya diperlukan persatuan, kebersamaan, suasana aman dan damai, modal ruhani dan akal budi, serta keseksamaan dalam berbangsa dan bernegara," ujar Haedar.
Kepada semua, Haedar merasa hendaknya menahan diri dan tetap menjaga suasana kehidupan kebangsan yang aman, damai, berkeadaban mulia, dan menjunjung tinggi keutuhan bangsa, termasuk, di media sosial.
Media sosial harus dijadikan sarana interaksi hidup damai dan luhur akal budi sesuai karakter masyarkaat Indonesia.
"Semoga bangsa Indonesia semakin beriman dan bertaqwa, sehingga Allah SWT melindungi dan melimpahkan berkah-Nya," kata Haedar, menutup. (Wahyu Suryana)