REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz akan bertemu dengan Perdana Menteri Irak Adil Abdul Mahdi di Jeddah, Arab Saudi, Rabu (26/9).
"Perdana Menteri Irak akan membahas keamanan di wilayah itu dan metode mengurangi ketegangan di sana dan di Teluk Arab," kata pernyataan dari kantor media perdana menteri Irak, dikutip dari Al Arabiya, Selasa (25/9).
Hubungan Saudi dan Iran memanas ketika 14 September lalu dua fasilitas minyak milik Saudi Aramco di Abqaiq dan Khurais diserang 10 pesawat nirawak. Serangan itu menyebabkan beberapa area pabrik terbakar.
Peristiwa itu diklaim sebagai ulah dari gerilyawan Houthi Yaman. Namun, klaim itu tidak begitu meyakinkan untuk beberapa negara dan menduga justru Iran yang melancarkan serangan itu.
Meski terjadi serangan itu, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir mengatakan, tidak ingin terjadi peperangan di antara dua negara. Perang diharapkan menjadi opsi terakhir yang harus ditempuh untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Saat ini penyelidikan terkait serangan Aramco masih dilakukan. Tim khusus yang terdiri dari Saudi dan beberapa negara sekutu, seperti Inggris dan Amerika Serikat telah dibentuk.
Al-Jubeir membuka kemungkinan Iran sebagai dalang di balik serangan terhadap fasilitas Aramco. Kalau memang terbukti, Iran dituntut untuk bertanggung jawab atas ulahnya.
"Masyarakat internasional harus memikul tanggung jawabnya dan membuat Iran bertanggung jawab untuk hal tersebut," ujar al-Jubeir.