Kamis 26 Sep 2019 00:17 WIB

Kerusuhan Slipi Rugikan Pengemudi Angkutan Umum

Pengemudi angkot terpaksa memperpendek rutenya.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Ani Nursalikah
Ruas Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan ditutup sejak sore selama aksi demonstrasi pelajar, Rabu malam (25/9).
Foto: Republika/Adysha Citra Ramadani
Ruas Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan ditutup sejak sore selama aksi demonstrasi pelajar, Rabu malam (25/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi demonstrasi massa pelajar di sekitaran gedung DPR yang memicu kericuhan berujung pada penutupan jalan di sejumlah titik, termasuk ruas Jalan Gatot Subroto dari arah Tomang menuju Slipi, Jakarta Selatan. Penutupan jalan ini turut berimbas pada pengemudi angkutan pelat hitam omprengan atau angkot.

"Rutenya jadi susah, soalnya ini akses jalur utama buat ke mana-mana," ujar pengemudi omprengan Ryan (25 tahun) kepada Republika.co.id, Rabu (25/9).

Baca Juga

Ryan mengatakan ini merupakan hari kedua penutupan jalan di sekitaran Jalan Gatot Subroto menuju Slipi. Penutupan jalan ini memaksa Ryan memperpendek rute pengantaran, dari rute semula Tangerang-Slipi menjadi Tangerang-Tomang.

Perpendekan rute ini turut berdampak pada berkurangnya jumlah penumpang yang bisa diangkut oleh Ryan karena sebagian besar penumpang biasanya didapatkan di area sekitar Slipi. Omprengan ini beroperasi setelah kendaraan umum seperti bis tak lagi beroperasi di malam hari. Penumpang yang menaiki omprengan Ryan umumnya adalab pekerja yang pulang larut malam atau penumpang yang ketinggalan bus terakhir.

"Mudah-mudahan besok sudah tidak (ditutup jalannya), tapi kayaknya masih lama," ujar Ryan.

Penumpang angkot yang menumpang mobil Ryan pun merasa kebingungan oleh penutupan ruas Jalan Gatot Subroto menuju Slipi ini. Beberapa penumpang memilih turun di sekitar Tomang dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki atau menggunakan layanan ojek daring.

Pengemudi ojek daring Syamsi merasa dampak dari aksi demonstrasi hari ini lebih parah dibandingkan sebelumnya. Ia pun mengatakan beberapa penumpang mengeluh karena sulit mendapatkan pengemudi ojek daring. Tak jarang penumpang ojek daring mendapatkan pengemudi ojek daring dengan jaak titik penjemputan yang cukup jauh.

"Mungkin karena faktor banyak yang nolak (order) juga, jadi tarifnya lebih mahal," kata Syamsi.

Syamsi sendiri sempat memberanikan diri mendekat ke arah Bunderan Slipi menuju Petamburan. Akan tetapi ia tidak melanjutkan perjalanan lebih jauh karena ia masih merasakan sisa-sisa gas air mata yang membuat matanya terasa perih.

"Mau keluar Bunderan Slipi arah Petamburan, udah berasa mata perih," kata Syamsi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement