REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Otoritas Malaysia telah menahan 16 orang, 12 di antaranya warga negara Indonesia (WNI), atas dugaan terorisme dan keterlibatan dengan kelompok ISIS.
Kepala badan anti-terorisme Malaysia Ayob Khan Mydin Pitchay mengatakan para tersangka ditangkap antara 10 Juli dan 25 September. Mereka dibekuk di tempat terpisah, yakni di Sabah, Serawak, Penang, Pahang, dan Kuala Lumpur.
Seorang WNI yang ditangkap berusia 25 tahun. Dia bekerja di sebuah perkebunan kelapa sawit. Otoritas Malaysia menangkapnya di Keningau, Sabah, pada 10 Juli lalu. "Kami yakin tersangka membantu militan ISIS Indonesia menyelundupkan diri ke Filipina selatan melalui Sabah. Ini tindak lanjut operasi kami di Sabah pada bulan Mei," ungkap Ayob pada Kamis (26/9), dikutip laman the Straits Times.
Dia pun diduga menyalurkan dana ke kelompok Maute yang sempat menguasai kota Marawi, Filipina. Maute diketahui terafiliasi ISIS. Kemudian 11 WNI lainnya ditangkap karena diduga melakukan kegiatan yang mendukung ISIS, seperti mempromosikan ideologi dan melakukan perekrutan anggota di media sosial.
Malaysia turut membekuk dua warganya di Sabah. Menurut Ayob, mereka ditangkap karena menyebarkan propaganda ISIS serta mengelola pergerakan pelaku bom bunuh diri. "Keduanya membantu mengatur jalan bagi pasangan dan tiga anak yang melakukan serangan bom bunuh diri di sebuah gereja di Jolo, Filipina Selatan, Desember lalu," ujarnya.
Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ano sempat mengatakan bahwa pelaku pemboman gereja di Jolo adalah pasangan asal Indonesia. Mereka melakukan serangan dengan bantuan kelompok yang terafiliasi ISIS.
Satu warga Malaysia lainnya pun ditahan karena diduga berencana melakukan serangan terhadap politisi dan kelompok non-Muslim di negara tersebut. "Tampaknya karena membuat komentar negatif terhadap Islam, menekan agama, dan menghina orang Melayu," kata Ayob.
Malaysia juga menahan seorang perempuan asal India berusia 38 tahun. Dia ditangkap pada 2 Agustus lalu karena dituding mengumpulkan dana untuk kelompok teroris. Namun, perempuan India itu telah dideportasi ke negara asalnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, otoritas Malaysia telah menangkap ratusan orang karena dicurigai memiliki hubungan dengan kelompok ekstremis atau teroris.