REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah mengingatkan kepolisian agar tidak bertindak represif saat mengamankan massa aksi unjuk rasa. Tindakan represif dinilai justru akan memicu gelombang aksi lebih besar dari mahasiswa.
Hal ini disampaikan Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Sunanto menyusul meninggalnya seorang mahasiswa Fakultas Perikanan Universitas Halu Oleo, Kendari, Immawan Randy yang diduga ditembak aparat kepolisian.
"Kami menilai cara-cara brutal kepolisian tidak akan bisa meredam aksi, justru dapat memicu gelombang aksi yang lebih besar lagi. Kepolisian harusnya belajar dari sejarah," ujar Sunanto dalam keterangan tertulis yang diterima wartawan, Kamis (26/9).
Sunanto menyebut peristiwa tersebut juga menunjukan tindakan brutal kepolisian dalam penanganan peserta aksi. Tindakan tersebut sangat bertentangan dengan peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolsian RI dan Perkapolri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Pengendalian Massa.
Karenanya, tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan. PP Pemuda Muhammadiyah, kata Sunanto, akan melaporkan penembakan terhadap aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) itu ke Komnas HAM dan Mabes Polri. Ia juga mendesak Polri mengusut tuntas oknum kepolisian yang menyebabkan Randy meninggal dunia.
"Karena itu kami meminta Kapolri memimpin langsung proses investigasi serta menindak secara tegas oknum kepolisian yang bersikap represif," ujar Sunanto.
Selain itu, Sunanto menilai di tengah situasi saat ini, sebaiknya Presiden Joko Widodo melakukan langkah agar aksi mahasiswa tidak makin melebar. "Agar Presiden mengeluarkan perpu pembatalan UU KPK, saya pikir itu jalan tengah yang paling mungkin diambil oleh Pak Presiden," ujarnya.
Seorang mahasiswa Universitas Halu Oleo, Kendari Immawan Randy mmeninggal dunia saat melakukan aksi unjukrasa dengan ribuan mahasiswa se-Kota Kendari di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Tenggara.
Randy yang merupakan kader IMM Sultra ini tewas tertembak peluru tajam yang diduga berasal dari aparat kepolisian.