REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah catatan mengungkapkan, Sisilia memainkan peran penting bagi mengalirnya desain-desain yang dirancang umat Islam, termasuk desain lengkung lancip.
Penyebaran desain lengkung lancip ke negara-negara Eropa dilakukan melalui kontak dagang antara pedagang Amalfitan dan pedagang Mesir. Pedagang dari Amalfitan tersebut kemungkinan menyaksikan arsitektur Masjid Ibn Thulun di Mesir.
Lalu, mereka menggambarkannya kepada orang-orang Eropa. Pertama kali, desain lengkup lancip digunakan di Eropa pada teras biara Monte Cassimo pada 1071. Lalu, desain lengkung lancip itu mulai menyebar ke Eropa.
Adopsi desain lengkung di Monte Cassimo selanjutnya mendorong gereja-gereja lainnya yang mengadopsi desain serupa. Sehingga, bangunan dengan desain lengkung lancip mulai menyebar di Prancis, khususnya di selatan.
Pada pertengahan abad ke-12, desain lengkung lancip itu menyebar pula di Jerman. Desain lengkung Muslim digambarkan sebagai sesuatu yang tidak pernah tidur karena sifatnya struktural-fungsional serta dekoratif. Pun, bersifat universal dan sesuai perkembangan zaman.
Tak hanya itu, desain lengkung pun menjadi dasar arsitektur bangunan bergaya gothik sebagai solusi untuk mengatasi masalah statik kubah romantik. Pengamalan yang hampir sama tentang desain lengkung dialami oleh seorang dokter dan ilmuwan yang bernama Constatine.
Dia memiliki banyak pengalaman terkait dengan teknik bangunan Islam dan bentuk-bentuk konstruksi bangunan Dinasti Fatimiyah di Afrika Utara. Ia dibantu oleh asisten yang orang Arab untuk menerjemahkan buku-buku berbahasa Arab tentang desain lengkung.