REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Aksi Gejayan Memanggil kembali sukses berlangsung damai di Jalan Gejayan, Senin (30/9). Tapi, sebelum aksi, ternyata teror-teror sempat diterima sejumlah narahubung aksi unjuk rasa tersebut.
Koordinator sendiri menamakan diri sebagai Aliansi Rakyat Bergerak. Humas Aliansi Rakyat Bergerak, Nailendra, ternyata merupakan nama samaran yang sepakat digunakan koordinator-koordinator aksi.
Mereka berpendapat, penggunaan nama samaran itu dilakukan untuk tidak menghasilkan penokohan-penokohan semata. Sekaligus, menghindari mereka dari teror-teror dan kriminalisasi yang mungkin diterima. "Kita belajar dari gerakan-gerakan sebelumnya yang jika menggunakan satu nama akan diserang, seperti yang terjadi di UI, yang terjadi ke mahasiswa-mahasiswa UGM, itu semua diserang," kata Nailendra, Senin (30/9).
Selaku koordinator, Nailendra sendiri memang meletakkan nomor kontak ke setiap undangan-undangan aksi. Republika sendiri sudah mencoba menghubungi kedua nomor yang ternyata semuanya memang aktif.
Senin (30/9) pagi, narahubung-narahubung perempuan di Aliansi Rakyat Bergerak mulai mendapatkan puluhan teror. Bentuknya, sebagian besar berupa permintaan layanan-layanan phone sex atau video call sex. "Modusnya sama, mereka mengira saya menyediakan jasa video call sex," ujar Nailendra.
Namun, sedikit berbeda dengan teror-teror yang diterima sejumlah aktivis penolak Revisi UU KPK beberapa waktu lalu. Kali ini, sebagian besar nomor yang melakukan panggilan memiliki kode-kode Indonesia.
Meski begitu, mereka mengaku tidak khawatir atas teror-teror itu. Terlebih, aksi Gejayan Memanggil tetap sukses terselenggara, kembali dihadiri ribuan orang pengunjuk rasa dan berlangsung secara damai.