REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebagaimana bulan-bulan lainnya dalam kalender Hijriyah, bulan Safar adalah waktu yang merupakan ciptaan dan kehendak Allah SWT. Safar adalah bulan kedua dalam penanggalan Islam setelah bulan Muharram. Namun, ketika berbicara tentang Safar, tidak sedikit masyarakat yang masih memiliki pemikiran bahwa terdapat kesialan pada Safar.
Dampaknya, mereka meyakini untuk tidak boleh menggelar acara penting seperti pernikahan pada masa Safar. Padahal, sejatinya anggapan keliru ini berangkat dari pemikiran dan kebiasaan orang Arab Jahiliyah dahulu kala.
Ahli tafsir Alquran dan hadis sekaligus dosen di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, KH ahiron Syamsuddin, mengatakan kata Safar itu berarti 'kosong'. Hal itu didasarkan pada kebiasaan bangsa Arab Jahiliyah di masa lampau yang kerap berperang atau berdagang pada Safar. Sehingga, kediaman atau rumah di wilayah-wilayah Arab menjadi kosong penduduk.
Karena mereka berperang pada bulan itu, kata Kiai Sahiron, sebagian dari mereka mengalami luka atau terbunuh. Sehingga, mereka meyakini Safar sebagai bulan sial.