REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Restorasi Gambut (BRG) menyebut, ahan gambut yang saat ini masih terjaga secara alami di adalah yang berada di Papua. Terbukti dengan tidak adanya lahan di bumi cendrawasih itu yang terbakar tahun ini.
Kondisi tersebut sangat kontras dengan wilayah lain. "Papua lahan gambutnya luas, mencapai 2 juta hektare (ha) lebih, tapi tahun ini tidak ada yang terbakar karena memang masih bagus penyipanan airnya. Kemarau pun tetap basah," kata Kepala BRG Nazir Foead kepada Republika, Kamis (3/10).
Berdasarkan data luasan gambut terbakar yang direstorasi BRG, dalam kurun waktu 1 Januari-13 September 2019, tidak terdapat lahan gambut yang terbakar di Papua. Adapun target restorasi BRG di sana mencapai 39.239 hektare (ha).
Kondisi ini amat bertolak belakang dengan enam wilayah lain yang juga dijadikan target restorasi BRG. Seperti Provinsi Jambi, di mana 12.195 ha lahan gambut terbakar; Kalimantan Tengah 21.745 ha; Riau 6.724 ha; Sumatera Selatan 5.750 ha; Kalimantan Barat 5.033 dan Kalimantan Selatan seluas 2.195 ha.
"Kita mau lahan gambut di wilayah lain juga seperti di Papua. Dikembalikan ke kondisi alaminya," ujar Nazir.
Lebih lanjut Nazir mengungkapkan, dari luas lahan gambut di Papua yang lebih dari 2 juta ha, sekitar 95 persennya masih alami. BRG pun tak perlu bekerja ekstra untuk membangun sistem pengairan gambut di sana.
BRG, ujar Nazir, hanya membantu dan mengajak masyarakat untuk menanam ulang sagu di lahan gambut. Selain akan membuat masyarakat menjaga lahan gambut secara tidak langsung, penanaman sagu juga akan membantu pemenuhuan makanan pokok sehari-hari warga setempat.
"Jadi nanti tidak perlu lagi jalan jauh ke hutan cari pohon sagu, cukup setengah jam saja dari desa sudah bisa ketemu sagu," kata Nazir, berharap.