Ahad 06 Oct 2019 14:33 WIB

Tim Medis BSMI Layani Pengobatan Pengungsi Gempa Seram

BPBD Ambon melansir ada 95.256 warga mengungsi.

Rep: Achmad Syalaby Ichsan/ Red: Irwan Kelana
Tim medis BSMI melayani para warga pengungsi korban gempa Seram.
Foto: Dok BSMI
Tim medis BSMI melayani para warga pengungsi korban gempa Seram.

REPUBLIKA.CO.ID, SERAM BARAT --- Gempa sekuat 6,5 SR yang berpusat di Pulau Seram, Provinsi Ambon pada Kamis (26/9) masih menyisakan puluhan ribu warga yang mengungsi. Tim medis Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) pun menyambangi titik-titik pengungsian yang berada di pusat gempa di Kabupaten Seram Barat, pada Ahad (6/10). 

Untuk sampai ke titik pengungsian, tim medis harus menyeberang dari Ambon menuju Pulau Seram dengan kapal feri. Tim medis menyeberang melalui Pelabuhan Hunimua, Liang. Tim melalui perjalanan sekitar dua jam untuk sampai ke Pelabuhan Waipirit di Kabupaten Seram Bagian Barat. Sesampainya di Seram, tim medis lantas melakukan konsolidasi di rumah salah satu relawan di Desa Waetasi untuk melakukan langkah selanjutnya. 

Pantauan Republika, banyak warga yang tinggal di pesisir pulau mengungsi ke dataran tinggi. Mereka takut jika sewaktu-waktu air laut naik. "Kami bertahan karena masih gempa. Semalam saja masih goyang. Kalau sewaktu-waktu terjadi tsunami bagaimana?" ujar Hairun Lestaluhu, sekretaris Dusun Waralohi, Desa Kamariang, Kabupaten Seram Barat, Ahad.

Data sementara dari BPBD Ambon melansir ada 95.256 warga mengungsi. Mereka tersebar di Kota Ambon, Maluku Tengah dan Sumba Barat. Untuk Sumba Barat mencapai 42.066 jiwa. 

photo
Tenda darurat pengungsi korban gempa Seram, Maluku.

Warga Dusun Waralohi pun mendirikan tenda darurat di sekitar SD Negeri Waralohi.  Menurut Hairun, ada sekitar 63 kepala keluarga dengan 300 jiwa di pengungsian yang didirikan swadaya tersebut. Meski siang hari mereka pulang ke rumah masing-masing, mereka memilih menginap di tenda darurat. "Tenda kita yang bangun. Pemerintah kasih beras sama mie instan, "ujar Hairun. 

Ketua Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) cabang Halmahera Selatan Ady Saputra Wansa mengungkapkan, BSMI menerjunkan delapan relawan dan dua dokter dari Ambon. Mereka melakukan pelayanan kesehatan gratis dan pembagian obat secara cuma-cuma. BSMI juga memberikan selimut kepada para pengungsi. 

Menurut Ady, banyak pengungsi gempa merupakan kaum lanjut usia (lansia), ibu-ibu dan anak-anak bahkan balita dan bayi. Kondisi kesehatan mereka menurun karena harus tidur di tenda darurat. Banyak di antaranya mengalami darah tinggi dan stres. 

Para pengungsi pun masih mengalami trauma akibat gempa. "Karena itu susah kalau kita mengharapkan mereka untuk pulang kembali ke rumah masing-masing sementara kondisi daerah tempat tinggalnya masih digoyang gempa. Kita seharusnya lebih memahami keadaan mereka," ujar Adi.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement