REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sedimentasi dan sampah yang menumpuk di sungai-sungai di wilayah Kota Bandung akan dikeruk jelang musim hujan yang diprediksi datang pada November. Hal itu dilakukan agar badan sungai bisa mengalir normal dan tidak tersumbat hingga berpotensi banjir.
Kepala Dinas (Kadis) Pekerjaan Umum (PU) Kota Bandung, Didi Ruswandi, mengungkapkan kegiatan bahwa mengeruk sampah dan sedimentasi akan mulai dilakukan pada Rabu (9/10) hingga (31/10) mendatang. Unsur aparatur sipil negara (ASN) dan masyarakat akan dilibatkan.
"Pak Wali Kota ingin ASN mencontohkan dulu, nanti masyarakat akan ikut. Pak Wakil (Wali Kota) ingin masif," ujarnya saat ditemui di Balai Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (7/10).
Didi mengungkapkan, pengerukan sedimentasi dan sampah merupakan program jangka pendek. Sedangkan program jangka panjang ialah membuat lubang resapan biopori. Wali Kota, menurutnya, telah memerintahkan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) di kelurahan membuat lubang biopori masing-masing 10 lubang pada 2020 mendatang.
"Semua SKPD (melaksanakan giat). Kalau di PU semua, UPT ada enam, DAS satu dan pemeliharaan satu. Ada minimal 8 tim punya jadwal di 8 tempat, boleh jadi lebih. Semua camat juga punya jadwal lokasinya. Camat satu orang satu tempat dan bisa jadi lebih, bisa jadi satu kelurahan," katanya.
Selama ini, menurut Didi, badan sungai tidak optimal mengalirkan air karena sampah menyumbat. Ia menargetkan gangguan penyumbatan bisa segera hilang sebelum Kota Bandung memasuki musim hujan.
Didi mengatakan, pasukan gorong-gorong bersih (gober) di tiap kelurahan jumlahnya mencapai 10 orang. Dengan jumlah kelurahan di Kota Bandung mencapai 150 kelurahan maka personel yang akan terjun mencapai 1.500 orang, sedangkan PU mengerahkan 130 personel.
"Komunitas bisa membuat jadwal sendiri (bersih-bersih) atau bisa bergabung," katanya.
Menurutnya, pada 2020 mendatang, anggaran Dinas PU mencapai Rp 400 miliar dengan rincian program prioritas membuat 10 trotoar representatif dan menata 10 lokasi sungai atau mata air.