Senin 07 Oct 2019 12:29 WIB

Disebut ADB Kota Termacet, Bandung Cari Solusi Lewat Flyover

Bandung berada di urutan 14 kota termacet di Asia versi ADB.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Nur Aini
Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana menanggapi rilis ADB tentang Kota Bandung sebagai kota termacet di Indonesia, Senin (7/10).
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana menanggapi rilis ADB tentang Kota Bandung sebagai kota termacet di Indonesia, Senin (7/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wakil Wali Kota Bandung mengakui kesulitan untuk melebarkan jalan guna mengurai kemacetan setempat. Kemacetan di Kota Bandung ditempatkan Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) berada di urutan 14 Kota Termacet di Asia mengalahkan Jakarta.

Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana menyebut jika jumlah warga yang beraktivitas siang hari di Kota Bandung mencapai 3.7 juta jiwa. Sedangkan pada malam hari hanya sekitar 2.5 juta jiwa penduduk. Akibatnya, kemacetan otomatis akan terjadi.

Baca Juga

"Kami berupaya mengurai kemacetan ini tapi karena memang agak sulit melakukan pelebaran jalan sehingga rekayasa jalan pilihan kami untuk mengurai kemacetan," ujarnya di Balai Kota Bandung, Senin (7/10).

Untuk mengurai kemacetan, dia mengungkapkan pemerintah kota pada 2019 membangun flyover di jalan Ahmad Yani dan jalan Gatot Subroto. Kemudian, pada 2020 mendatang, flyover akan dibangun di Jalan Soekarno Hatta hingga jalan Suryani. 

"Pembebasan lahan 95 persen (flyover Soekarno Hatta) dan tahun ini 5 persen teranggarkan untuk pembebasan. Kontruksi tahun depan," katanya. 

Selain itu, Pemkot akan membangun jalan layang di Pasteur dan di wilayah persimpangan Kiaracondong-Soekarno Hatta untuk mengurai kemacetan. Namun untuk pembangunan belum akan dilaksanakan tahun depan sebab masih pembebasan lahan mencapai 50 persen.

"Kita mendorong pemerintah pusat buka interchange di km 149. Diharapkan bisa mengurangi beban di gerbang tol Moh Toha dan Buahbatu," katanya. 

Yana menyebut pihaknya pun sudah berdiskusi dengan PT Kereta Api membahas transportasi massal berbasis kereta api tanpa rel dengan menggunakan jalur infra red. "Kalau sekarang upaya rekayasa lalu lintas menambah sebidang dan transportasi publik yang murah, aman dan nyaman," katanya.

Ia mengatakan jalan-jalan di Kota Bandung memiliki persimpangan yang pendek. Sehingga salah satu penyelesaian masalah kemacetan harus membangun banyak flyover atau underpass.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement