Rabu 09 Oct 2019 13:30 WIB

Pelantikan Presiden Direncanakan Mundur Sore Hari

Bambang Soesatyo menyebutkan ada sejumlah pertimbangan pemunduran pelantikan.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Andi Nur Aminah
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- MPR RI berencana melantik Presiden RI terpilih Joko Widodo (Jokowi) pada Ahad (20/10). Pelantikan presiden itu sedianya digelar pada Ahad pagi. Namun, pelantikan Jokowi kemudian direncakan mundur ke sore hari.

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyebutkan, sejumlah pertimbangan pemunduran pelantikan, di antaranya terkait toleransi, untuk menghormati masyarakat yang menjalanlan ibadah pada hari Ahad. "Tidak boleh ada rakyat kita yang terganggu dalam melakukan ibadahnya," ucap pria yang kerap disapa Bamsoet itu di Kompleks Parlemen RI, Jakarta, Rabu (9/10).

Baca Juga

Pertimbangan berikutnya adalah karena adanya Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau car free day. Jika pelantikan Jokowi tetap digelar pagi hari, maka seluruh jalan protokol berpotensi ditutup. Sementara, lokasi car free day berada di jalan protokol.

"Kita juga tidak ingin ada rakyat kita yang terganggu melakukan olahraga dalam hal car free day karena kalau itu dilakukan pagi jam 10 maka seluruh jalan protokol haris ditutup karena kondisi kelancaran dan keamanan," ujar Bamsoet.

Namun, Bamsoet membantah bila pemunduran pelantikan presiden ini karena adanya ancaman keamanan. Meskipun, diketahui adanya sejumlah massa yang berencana menggelar aksi unjuk rasa. MPR RI mempercayakan pada aparat keamanan untuk melaksanakan tugasnya.

"Kekhawatiran akan demo menurut saya itu adalah kesadaran bersama, kita akan menjaganya. karena ini kepala negara lain negara sahabat akan hadir, maka kita harus menjaga pelantikan Presiden harus berlangsung dengan khidmat dan lancar," ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement