REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sekitar 10 orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berkumpul di Puskesmas Kawalu, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, Rabu (9/10). Kedatangan mereka bukan untuk berobat, tapi di tempat itu pada ODGJ itu mengolah telur asin.
Sejak enam bulan silam, salah satu bangunan di Puskesmas Kawalu memang telah digunakan sebagai tempat produksi telur asin untuk para penderita ODGJ. Para ODGJ yang memroduksi itu sedianya telah dan terus mendapat perawatan medis. Tempat pengolahan bernama Bina Sehat Jiwa Masyarakat itu sengaja dibuka untuk pelatihan keterampilan ODJG agar kembali produktif di lingkungan masyarakatnya.
Ketua kelompok Bina Sehat Jiwa Masyarakat, Enok Rohana (50 tahun) mengatakan, kegiatan itu memang sengaja diinisiasi untuk memberdayakan kembali para ODGJ setelah mendapat penanganan medis. Sudah enam bulan program itu berjalan dengan bantuan dari pihak kecamatan juga puskesmas. Targetnya, setiap penderita ODGJ dapat kembali produktif ketika ketika berbaur dengan lingkungan masyarakatnya.
"Awalnya saya cari donasi dari kecamatan hingga puskesmas. Kita juga mengatangi pasien ODGJ. Alhamdulillah sekarang hampir pulih tiga orang," kata perempuan yang juga mantan penderita ODGJ itu, Rabu (9/20).
Ia menyebut, ada sekitar 35 ODGJ yang ikut serta dalam kegiatan tersebut. Namun, tak setiap hari semuanya bisa datang. Pasalnya beberapa orang harus terbentur waktu berobat atau bahkan tidak ada keluarganya yang mengantar. Namun, setiap hari selalu ada saja orang yang datang.
Di tempat itu, telur bebek yang dipasok dari Kecamatan Singaparna atau Manonjaya, diolah menjadi telur asin. Para ODJG itu berbagi tugas. Ada yang mencuci, mengelap sampai kering, mengamlas kulit telur, hingga mengoleskan telur dengan cairan garam. Setelah itu, telur akan disimpan di dalam ember selama 15 hari, sebelum akhirnya bisa dijual.
Dalam satu bulan, para ODGJ itu dapat memroduksi telur hingga 1.000 butir. Omzetnya bisa mencapai Rp 4-5 juta. "Kita biasa beli Rp 2.000 per butir dan jual Rp 4.000 per butir," kata dia.
Hasil penjualan itu diperuntukan untuk kebutuhan produksi. Sisanya, dibagikan kepada para peserta sesuai dengan daftar kehadiran.
Salah satu peserta pelatihan itu, Cecep Badrijaman (29) memgaku senang dengan adanya kegiatan memroduksi telur asin. Dengan begitu, ia memiliki kegiatan untuk mengisi hari-harinya.
"Pikiran saya juga jadi tenang," kata dia.
Ia menambahkan, keluarganya juga mendukung kegiatan tersebut. Apalagi, dari kegiatan itu, ia juga diupahi. Dalam sebulan, jika terus hadir, upah yang diterimanya bisa mencapai Rp 100 ribu per bulan.