Kamis 10 Oct 2019 11:37 WIB

UGM Tolak UAS Beri Kuliah Umum, Benarkah Permintaan Alumni?

UGM menolak UAS menjadi pembicara di kuliah umum yang digelar di Masjid Kampus UGM.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Karta Raharja Ucu
Ustaz Abdul Somad (UAS) saat memberikan kajian bersama di halaman Masjid Al-Huda,Talang,Jakarta,Sabtu (24/8) malam.
Foto: Republika/Prayogi
Ustaz Abdul Somad (UAS) saat memberikan kajian bersama di halaman Masjid Al-Huda,Talang,Jakarta,Sabtu (24/8) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, Nama Ustaz Abdul Somad (UAS) kembali menjadi pembicaraan publik setelah kabar penolakan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. UAS yang dijadwalkan mengisi kuliah umum di Masjid Kampus UGM, Sabtu (12/10), dipastikan batal setelah pimpinan UGM mengirim surat pembatalan, Rabu (9/10). Salah satu alasannya dilaporkan karena ada alumni yang keberatan UAS mengisi acara di masjid kampus.

Ketua Takmir Masjid UGM, Drs Mashuri Maschab, menilai, penolakan itu cuma alasan menutupi ketidaksukaan UGM. "Kita harus berterus terang, UGM tidak menyukai UAS," kata Mashuri saat ditemui Republika.co.id di kediamannya, Sleman, Rabu (9/10).

Ketika menemui dua wakil rektor UGM, Djagal Wiseso dan Bambang Agus, Mashuri sudah menyampaikan kalau mereka tidak akan berbohong. Maka itu, ia mengaku tidak akan menutupi apa pun dan bicara yang terjadi.

photo
Ketua Takmir Masjid UGM, Drs Mashuri Maschab, saat ditemui Republika di kediamannya di Sleman, Rabu (9/10).

Selama pertemuan, lanjut Mashuri, Djagal menyebutkan berbagai alasan. Salah satunya tekanan alumni. Namun, Djagal meyakini, salah satu penjelasan soal tekanan alumni dari luar menjadi alasan terkuat UGM untuk membatalkan kedatangan UAS.

"Alasannya itu karena UGM dapat tekanan, saya bilang, 'pak kalau kita bicara tekanan kita harus seimbang, ada yang pro dan kontra, ada yang suka ada yang tidak suka, itu harus diperhatikan'," ujar Mashuri.

Baca Juga: Ditolak Rektor UGM, UAS Diterima UII

Sayang, lanjut Mashuri, saat itu Djagal tidak mengungkapkan alumni yang dimaksud. Bahkan, Mashuri sempat menanyakan apakah alumni itu pernah ke masjid, berinfak ke masjid, sampai menolak acara-acara masjid?

"Nah, kalau alumni itu di Jakarta, di Manado, misalkan, menolak cuma lewat WA, kan tidak adil, kalau alumni yang menolak itu sering datang itu pasti kita perhatikan," kata Mashuri.

Kepala Humas dan Protokol UGM Iva Ariani kepada wartawan menyatakan jika acara yang dihadiri UAS dibatalkan. "Berkaitan dengan acara yang rencananya akan diselenggarakan tanggal 12 Oktober 2019, maka pimpinan universitas meminta agar rencana tersebut dibatalkan," ujar Iva.

Sebelumnya, beredar undangan kuliah umum bertajuk Integrasi Islam dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek). Agenda itu hendak dilaksanakan di Masjid Kampus UGM, Sabtu (12/10) mendatang. Kuliah umum tersebut bertema 'Islam dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek): Pondasi Kemajuan Indonesia'. Kegiatan tersebut direncanakan dimulai Sabtu pukul 12.45 WIB hingga selesai.

Selain UAS, agenda itu juga diisi Prof Heddy Shri Ahimsa Putra. Iva menuturkan, pembatalan dilakukan karena kegiatan-kegiatan itu tidak selaras jati diri UGM.

"Hal tersebut dilakukan untuk menjaga keselarasan kegiatan akademik dan kegiatan nonakademik dengan jati diri UGM," ujar Iva.

Iva menyebut kalau pembatalan tidak cuma karena pembicara. Namun, keterikatan baik acaranya, pembicaranya, maupun waktunya.

Secara umum, ia membenarkan pembatalan merupakan permintaan pimpinan UGM atas alasan tidak selaras dengan jati diri UGM. Namun, Iva merasa, mungkin saja UAS kembali diundang UGM dalam kesempatan lain.

"Artinya, apakah suatu saat ada kemungkinan mengundang UAS, ya bisa saja dalam acara dan suasana yang tepat," kata Iva.

Hingga kini, pembatalan itu sendiri masih menjadi polemik. Namun, Iva menambahkan, surat pembatalan atau penolakan yang dikeluarkan rektorat UGM sudah dalam proses untuk dikirim ke Takmir Masjid UGM. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement