Sabtu 12 Oct 2019 16:35 WIB

Pasukan AS di Suriah Diserang Artileri

Artileri yang menyerang pasukan AS kemungkinan berasal dari militer Turki

Rep: Kamran Dikamra/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Warga di Provinsi Akcakale Sanliurfa, tenggara Turki yang berbatasan dengan Suriah menyaksikan asap membumbung di wilayah Suriah yang dibombardir pasukan Turki, Kamis (10/10). Turki melakukan operasi militer di perbatasan dengan Suriah.
Foto: AP Photo/Emrah Gurel
Warga di Provinsi Akcakale Sanliurfa, tenggara Turki yang berbatasan dengan Suriah menyaksikan asap membumbung di wilayah Suriah yang dibombardir pasukan Turki, Kamis (10/10). Turki melakukan operasi militer di perbatasan dengan Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Pasukan Amerika Serikat (AS) yang berada di Suriah utara, tepatnya di Kobane, mendapat serangan artileri dari posisi militer Turki pada Jumat (11/10) malam waktu setempat. Tak ada korban jiwa akibat serangan tersebut.

“Ledakan terjadi dalam beberapa ratus meter dari lokasi di luar zona Mekanisme Keamanan dan di daerah yang diketahui Turki memiliki kehadiran pasukan AS,” ujar juru bicara Pentagon Brook DeWalt.

Baca Juga

Presiden AS Donald Trump diketahui telah mengumumkan penarikan pasukan negaranya dari Suriah. Namun menurut DeWalt pasukan AS di Kobane belum ditarik. Setelah serangan artileri itu, personel militer AS dipindahkan dari pos sementara.

DeWalt mendesak Turki agar tak mengambil tindakan ceroboh. “AS menuntut Turki menghindari tindakan yang dapat mengakibatkan tindakan defensi negara,” ujarnya.

Kementerian Pertahanan Turki mengatakan tak ada tembakan yang diarahkan ke pos pengamatan AS. Mereka mengakui melakukan penembakan, tapi itu sebagai respons atas serangan terhadap pos-pos militernya di selatan kota Suruc yang berada di seberang perbatasan dari Kobane.

Turki mengaku telah mengambil semua langkah untuk memastikan tak ada pangkalan militer AS yang turut terdampak serangan mereka. “Penembakan dihentikan sebagai akibat dari masalah yang disampaikan kepada kami oleh AS,” ujar Kementerian Pertahanan Turki.

Sebelumnya Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley mengatakan telah memberitahu Turki tentang titik posisi atau keberadaan pasukan AS di Suriah. Koordinat presisinya pun diberitahu kepada Ankara.

Meskipun pasukan AS tidak berniat menembaki militer Turki, tapi Pentagon mencatat bahwa mereka memiliki hak untuk membela diri ketika diserang. “Semua orang menyadari sepenuhnya bahwa kita adalah militer AS. Kami mempertahankan hak untuk membela diri,” ujar Milley.

Donald Trump diketahui telah memperingatkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan agar tak membidik pasukan AS yang berada di Suriah. Jika ada di antara mereka yang menjadi target, Trump menyebut hal itu akan memicu masalah besar.

“Siapa saja dari orang kami terluka, masalah besar. Saya sudah memberitahu Turki bahwa jika mereka melakukan sesuatu di luar apa yang kita anggap manusiawi, mereka bisa menderita kemurkaan ekonomi yang sangat menghancurkan,” ujar Trump pada Senin lalu.

Turki mulai melancarkan operasi militer di Suriah timur laut pada Rabu malam. Mereka ingin menumpas pasukan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) dan Partai Persatuan Demokratik Suriah (PYD). Ankara memandang YPG sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK).

PKK adalah kelompok bersenjata Kurdi yang telah melancarkan pemberontakan di Turki tenggara selama lebih dari tiga dekade. Turki telah melabeli YPG dan PKK sebagai kelompok teroris. 

Turki juga membidik Pasukan Demokratik Suriah (SDF) pimpinan Kurdi. SDF diketahui merupakan sekutu utama AS dalam memerangi ISIS di Suriah. Kerja sama antara keduanya berhasil membenamkan kekuasaan ISIS di negara tersebut.

Sejauh ini operasi mereka berfokus di kota Tal Abyad dan Ras Al-Ain. Erdogan mengatakan pasukannya telah membunuh 109 pasukan Kurdi.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement