Senin 21 Oct 2019 15:20 WIB

Ekonom Anjurkan Menteri di Bidang Ekonomi dari Profesional

Menteri dari profesional bisa mengambil keputusan yang komprehensif.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Muhammad Hafil
Istana Negara
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Istana Negara

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai, para menteri di bidang ekonomi yang terpilih dalam jajaran kabinet Joko Widodo-Ma’ruf amin sebaiknya berasal dari kalangan profesional. Mereka diyakini dapat mengambil keputusan yang lebih komprehensif dibandingkan mereka dengan latar belakang politik. 

Tauhid menuturkan, menteri dari kalangan profesional memiliki latar belakang dan sepak terjang yang sangat menunjang pengambilan keputusan penting di bidang ekonomi. “Sehingga, mereka tahu betul apa yang dilakukannya,” ujarnya ketika dihubungi Republika, Senin (21/10). 

Baca Juga

Selain itu, Tauhid menambahkan, Presiden Jokowi juga harus memperhatikan kesanggupan  para menteri di bidang ekonomi dalam mencapai target-target bidang ekonomi. Misalnya, pertumbuhan ekonomi hingga enam persen sampai tahun 2024 dan meningkatkan peran sektor industri dalam struktur dari 19 persen menjadi 21-22 persen.

Di sisi lain, jajaran menteri bidang ekonomi juga harus memperhatikan peningkatan pertumbuhan investasi hingga 10-11 persen per tahun dan sebagainya.  “Termasuk mengurangi defisit transaksi berjalan hingga kurang dari dua persen terhadap PDB (Produk Domestik Bruto),” tutur Tauhid.

Poin berikutnya yang harus diperhatikan adalah bagaimana calon menteri tersebut punya cara untuk mencapai target tersebut beserta kebijakan yang akan dilakukan oleh masing-masing menteri.

Tauhid menyebutkan, Presiden Jokowi juga harus tegas dalam melakukan evaluasi kinerja ke depannya dengan berkaca dari target yang ditetapkan dalam RPJMN 2019-2024.  “Apabila sampai tengah periode tidak banyak perubahan yang terjadi maka Menteri tersebut perlu dievaluasi dan bahkan perlu diusulkan untuk diganti,” ucapnya. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement