LEMBANG, AYOBANDUNG.COM -- Hasil riset dari sejumlah negara menjadi masukan penting dalam konferensi internasional PAUD dan Pendidikan Keluarga yang digelar Southeast Asia Ministers of Education (SEAMEO) Center of Early Childhood Care and Parenting (CECCEP).
Hal itu diharapkan dapat mendorong tercapainya tujuan Sustainaible Development Goals (SDGs) yang ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perkembangan, Pengasuhan, dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang Berkualitas.
Direktur SEAMEO CECCEP Dwi Priyono mengatakan, salah satu tujuan konferensi internasional PAUD adalah membangun komitmen peserta serta sharing mengenai hasil research di masing-masing negara.
AYO BACA : Insentif Guru PAUD di Bandung Barat Hanya Rp125.000 per Bulan
Bagi Indonesia kepentingannya sangat jelas dalam rangka mencapai tujuan SDGs Nomor 4 butir 2, yaitu memastikan bahwa pada tahun 2030 seluruh anak memperoleh akses terhadap pendidikan pradasar yang berkualitas.
"Sebagai lembaga yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tugas kami fokus kepada research and development, capacity building, dan meningkatkan kualitas pembelajaran PAUD. Di konferensi ini kami bisa tahu, membandingkan, dan menampung hasil research pendidikan prasekolah di negara-negara lain," ungkapnya, Senin (21/10).
Menurutnya, setiap bangsa punya contoh baik dalam mengasuh anak. Hal itu yang coba dikumpulkan bagaimana lokal wisdom tiap etnik bisa diambil dan diimplementasikan.
AYO BACA : Jauhnya Perbedaan Gaji Guru PAUD dan Anggota DPRD KBB
Seperti di Jepang, masyarakatnya rela pajak dinaikkan asalkan uang hasil pajak dialokasikan untuk pendidikan anak usia dini. Semua entitas di masing-masing negara yang base on research menjadi bahan pelajaran untuk didesiminasikan ke guru dan orang tua.
"Semua negara berkomitmen pendidikan prasekolah atau satu tahun sebelum SD sangat penting dalam membentuk karakter anak. Kita banyak mendapat contoh baik dari beberapa belahan dunia, hasil konferensi ini menjadi menu bahan ajar dalam bentuk modul," tuturnya.
Kepala Divisi Pendidikan dan Perkembangan anak Usia Dini Tanoto Foundation Sri Kusuma menemukan fakta tentang fenomena anak dan balita kecanduan gadget di negara Jepang.
Namun kini negeri tersebut telah berhasil melewati masa suram tersebut, karena Jepang sudah masuk society 5.0 sementara banyak negara termasuk Indonesia baru pindah dari 3.0 ke 4.0. Karena itu, fenomena kecanduan gawai yang terjadi di Indonesia sebagai hal yang lumrah untuk negara berkembang.
"Ke depan, ketika memasuki era 5.0, kecanduan gadget di Indonesia akan bisa dikendalikan. Pelajaran yang dapat diambil dari Jepang adalah negara tersebut justru memanfaatkan gawai untuk memudahkan kerja termasuk guru PAUD," terangnya.
AYO BACA : Gaji Guru PAUD Tanggung Jawab Pemerintah Daerah