Senin 28 Oct 2019 07:03 WIB

Wamendag Diharapkan Dongkrak Neraca Dagang yang Defisit

Neraca perdagangan Indonesia Januari-September 2019 defisit 1,95 miliar dolar AS.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga.
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Benny Soetrisno mengatakan kondisi neraca perdagangan Indonesia yang defisit merupakan pekerjaan rumah (PR) bagi menteri di Kementerian Perdagangan (Kemendag). Kehadiran wakil menteri perdagangan (wamendag) diharapkan mampu memperkuat kinerja dagang RI yang lesu.

Benny mengatakan, kehadiran wamendag diperlukan di tengah dinamika perekonomian global yang bergejolak dan perdagangan di dalam negeri yang kerap defisit. "Dari segi kekuatan, kinerjanya bisa kuat," kata Benny kepada Republika.co.id, baru-baru ini.

Baca Juga

Presiden Joko Widodo telah melantik politikus milenial Golkar Jerry Sambuaga sebagai Wakil Menteri Perdagangan, Jumat (25/10) lalu. Jerry merupakan kader muda Golkar yang berusia 34 tahun dalam Kabinet Indonesia Maju.

Jerry diamanati tugas perdagangan meliputi isu perjanjian dan perdagangan internasional agar lebih kuat. Saat ini, Indonesia memang dihadapkan dengan sejumlah permasalahan perdagangan yang rumit baik dalam skala global maupun nasional. Hal itu membuat capaian neraca perdagangan dalam pemerintahan Jokowi-JK kurang menggairahkan.

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari-September 2019 mengalami defisit sebesar 1,95 miliar dolar AS. Defisit salah satunya dipicu oleh besarnya impor migas yang nilainya mencapai dua kali lipat nilai ekspor.

Nilai ekspor Januari-September 2019 mencapai 124,17 miliar dolar AS atau turun sebesar 8 persen jika dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Sedangkan impor mencapai 126,12 miliar dolar AS. Tercatat, ekspor non-migas membukukan angka sebesar 114,75 miliar dolar AS sedangkan ekspor migas melempem sebesar 9,42 miliar dolar AS.

Sebaliknya, masih mengacu catatan BPS, impor migas Indonesia mencapai 15,86 miliar dolar AS dan impor non-migasnya mencapai 110,253 miliar dolar AS. Angka ini mencatatkan defisit neraca migas sebesar 6,44 miliar dolar AS.

Menurut Benny, meningkatkan ekspor itu lebih sulit ketimbang kebijakan mengurangi impor. Dia membeberkan apa pun latar belakang mendag serta wamendag yang ada saat ini, yang terpenting adalah bagaimana kebijakan dan program yang diusulkannya mampu meningkatkan neraca perdagangan Indonesia.

“Tugas mereka berat, di saat pasar dunia lagi menyusut dan ada perang dagang segala macam, jadi harusnya dijagain ini pasar dalam negeri kita,” ujarnya.

Dia berpesan beberapa kebijakan perdagangan yang perlu diakselerasi ke depannya adalah dalam hal pelaksanaan keputusan. Hal yang paling prioritas misalnya, kata dia, adalah importasi barang yang harus membayar pajak.

“Kalau UKM (Usaha Kecil Menengah) pajaknya dari satu persen ke setengah persen, ya jalani. Jalankan PP (Peraturan Pemerintah) Nomor 45 tentang super deduction tax,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement