REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Para siswa dan mahasiswa di Irak mengikuti protes anti pemerintah di Baghdad, Ahad (27/10). Mereka bergabung dengan ribuan orang di Tahrir Square menentang tindakan keras pihak keamanan kepada para pengunjuk rasa hingga menimbulkan korban jiwa.
Sejumlah sekolah dan universitas memutuskan meliburkan kegiatannya. Para siswa dan mahasiswa menuju pusat unjuk rasa.
Dilansir Aljazirah, Senin (28/10), para pemuda mendirikan barikade di sebuah jembatan yang mengarah ke Zona Hijau. Kawasan tersebut telah dibentengi pihak keamanan. Namun, sebelumnya polisi terpaksa melontarkan tabung gas air mata ke arah pengunjuk rasa setelah mereka berusaha menerobos masuk ke Zona Hijau.
Sumber medis dan keamanan mencatat sebanyak 77 orang terluka akibat kerusuhan tersebut. Setidaknya 74 warga meninggal dunia, serta ratusan lainnya mengalami luka saat aksi unjuk rasa berujung pada kerusuhan. Secara total jumlah korban kerusuhan akibat aksi protes menjadi 231 orang.
Kekacauan yang tengah berlangsung di Irak ini telah menghancurkan hampir dua tahun stabilitas di Irak. Dalam beberapa tahun terakhir, Irak telah mengalami invasi oleh Amerika serikat (AS) dan pertempuran berkepanjangan termasuk terhadap Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Demonstrasi telah menjadi tantangan terbesar bagi pemerintah Perdana Menteri Abdul Mahdi. Dia telah berjanji mengatasi keluhan para demonstran dengan merombak kabinetnya dan memberikan paket reformasi.
Namun, langkah-langkah tersebut tidak banyak membantu memadamkan kekecewaan para demonstran. Para demonstran tidak hanya terfokus pada pemerintahan Mahdi, tetapi juga pendirian politik Irak yang lebih luas. Menurut mereka, pemerintah gagal meningkatkan kehidupan warga.