REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (Ditjen PPR) mencatat, hasil penjualan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI016 adalah Rp 8,21 triliun. Pencapaian tersebut di bawah target indikatif yang ditetapkan pemerintah, Rp 9 triliun.
Volume penjualan ORI016 juga berada di bawah pencapaian ORI015 yang diterbitkan setahun lalu, yakni meraup Rp 23,28 triliun dengan tingkat kupon saat itu 8,25 persen. Sampai dengan diterbitkannya ORI016, total realisasi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel tahun 2019 mencapai Rp 48,43 triliun atau meningkat 5,3 persen apabila dibandingkan penerbitan SBN ritel pada 2018.
Dalam penjualan ORI016, sebanyak 72,8 persen dari total 18.336 investor merupakan investor baru. Menurut Ditjen PPR, kemudahan membeli ORI016 secara online menjadi daya tarik para investor baru tersebut.
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan, meluncurkan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI 016 di kawasan SCBD, Jakarta, Rabu (2/10). ORI ditawarkan dengan kupon 6,8 persen.
Selain itu, fitur ORI yang tradable atau dapat dijual di pasar sekunder menjadi penarik minat investor baru karena berbeda dengan instrumen SBN ritel non-tradable yang telah lebih dahulu dipasarkan secara online. "Tak heran penjualan ORI016 ini mencapai volume penjualan SBN ritel online terbesar sejak pertama kali penjualan SBN ritel online di tahun 2018," tulis Ditjen PPR dalam rilisnya, Senin (28/10) malam.
Di samping investor baru yang jumlahnya siginifikan, investor ORI015 yang kembali membeli ORI016 (repeat order) juga masih ada. Jumlahnya sekitar 27,20 persen dari total investor atau 4.987 investor.
Secara proporsi, jumlah investor milenial yang membeli ORI016 mencapai 33,82 persen dari total investor ORI016. Persentase ini meningkat secara signifikan apabila dibandingkan proporsi investor milenial yang membeli ORI015, hanya sekitar 13,93 persen. Hal ini kemungkinan dikarenakan kemudahan untuk membeli SBN ritel secara online, sehingga mendorong lebih banyak anak muda di Indonesia untuk belajar berinvestasi di instrumen SBN ritel online.
Tren pertumbuhan milenial sesuai dengan harapan Direktur Surat Utang Negara Kemenkeu Loto Srinaita Ginting. Seiring berubahnya sistem penawaran ORI016 dari offline menjadi online, investor milenial diprediksi lebih mendominasi pemesanan instrumen ini.
"Tahun lalu, investor baby boomers sangat dominan dari segi jumlah dan volume pemesanan ORI015," tuturnya saat peluncuran ORI016 di Jakarta, Rabu (2/10).
Rata-rata volume pemesanan ORI016 per investor sebesar Rp 447,95 juta atau turun signifikan dari rata-rata volume pemesanan di ORI015 yang mencapai Rp 565,99 juta. Tren ini menunjukkan tingkat keritelan ORI016 yang lebih baik dibandingkan dengan seri sebelumnya.