REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Setelah berhasil membunuh pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi, kini Pentagon meningkatkan upaya melindungi ladang minyak Suriah dari kelompok ekstremis, pemerintah Suriah sendiri, dan Rusia. Misi baru ini digelar pada saat Amerika Serikat (AS) menarik pasukannya dari negara itu.
"Situasi keamanan di Suriah masih rumit," kata Menteri Pertahanan AS Mark Esper, Selasa (29/10).
Esper dan Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS Jenderal Mark Miley mengungkapkan kegembiraan atas operasi militer AS yang mengakhiri hidup Baghdadi. Esper mengatakan kematian Baghdadi sebagai pukulan menyakitkan bagi ISIS yang sudah kehilangan sebagian besar wilayah mereka di Irak dan Suriah.
"Amerika Serikat akan mempertahankan kendali di ladang minyak di timur laut Suriah," kata Esper.
Esper mengatakan misi militer menjaga ladang minyak juga akan memastikan pendapatan untuk pasukan Kurdi di Suriah. Washington menilai Kurdi telah membantu mereka dengan memenjarakan pendukung-pendukung ISIS.
Kurdi juga membantu pasukan AS di Suriah bertempur melawan kelompok teroris. Walaupun di saat yang sama Presiden AS Donald Trump bersikeras memulangkan pasukan AS dari Suriah.
"Kami tidak ingin menjadi polisi di kasus ini," kata Trump.
Trump menyinggung tentang peran AS dalam invansi Turki di Suriah. Pada awal Oktober lalu, Turki menggelar operasi militer demi membangun zona aman di perbatasan Suriah. Mereka ingin menempatkan pengungsi Suriah di Turki ke zona aman tersebut.
Trump pun memerintahkan penarikan pasukan AS dari utara Suriah, meninggalkan milisi Kurdi sendirian menghadapi invansi Turki. Sementara Ankara memang mengincar Kurdi yang mereka anggap sebagai kelompok teroris karena memiliki afiliasi dengan pemberontak Kurdi di Turki.