Selasa 29 Oct 2019 17:00 WIB

Ratusan Pemuda Teguhkan Sumpah Pemuda dengan Hapus Tato

IMS menggelar program hapus tato di sejumlah daerah di Nusa Tenggara Barat (NTB)

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Salah seorang peserta program hapus tato se-Pulau Lombok yang diadakan oleh YBS.
Foto: Dok YBS
Salah seorang peserta program hapus tato se-Pulau Lombok yang diadakan oleh YBS.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Yayasan Berdayakan Sesama (YBS) dan Islamic Medical Service (IMS) memiliki visi yang sama untuk memfasilitasi kaum muda menghapus tato. Tujuannya untuk membantu mereka menguatkan nilai sumpah pemuda dengan berhijrah. Karena itu IMS menggelar program hapus tato di sejumlah daerah di Nusa Tenggara Barat (NTB) bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda. 

Direktur IMS, Ustaz Imron Faizin berbicara dengan para peserta hapus tato yang terdiri dari pemuda dan pemudi di Kota Mataram, Pulau Lombok, NTB. Mereka menerangkan latar belakang menggoreskan tato di tubuhnya. 

Baca Juga

Ustaz Imron menceritakan, usai berbicara dengan para peserta, salah seorang peserta hapus tato mengajak kepada seluruh peserta lainnya untuk bersama-sama mewujudkan klinik hapus tato pertama di NTB dengan wakaf tunai. Dia berharap tahun 2020 klinik hapus tato sudah berdiri dan beroperasi.

IMS bersyukur program hapus tato sahabat hijrah sudah berlangsung tiga hari dengan lancar di Ballroom Islamic Center Husnul Wathan NTB, Kota Mataram. "Hal ini tentunya tidak lepas dari dukungan Baitul Maal Muamalat (BMM) Pusat, MTT Foundation, LazisMu, JT Clinik, Sabana Foundation, Baznas NTB dan BMI Cabang Mataram," kata Ustaz Imron kepada Republika, Selasa (29/10).

Direktur Eksekutif Yayasan Berdayakan Sesama (YBS), Muhammad Fahrurrozi mengatakan, hampir 80 persen peserta hapus tato adalah kaum muda. Hapus tato di NTB dilaksanakan di beberapa kabupaten dan kota di Pulau Lombok mulai dari Oktober sampai November 2019.

"Cukup beralasan kami mengadakan hapus tato di beberapa tempat di Pulau Lombok," ujarnya.

Junaidi (26 tahun) salah seorang peserta hapus tato di Kota Mataram mengaku terpapar narkoba saat berusia 15 tahun. Dia sadar dan keluar dari dunia gelap saat menginjak usia 25 tahun. Tepat setelah over-dosis akibat narkotika yang disuntikan ke tubuhnya.

Junaidi kini menjadi pemuda penggerak kegiatan komunitas kepemudaan. Komunitas tersebut bernama Khidmat 24 Jam di Masjid. "Saat ini komunitas sudah beranggotakan 80 orang yang hampir 60 persen memiliki tato di tubuh dan mereka mantan anak jalanan," kata Junaidi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement