REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, hampir seluruh komponen pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mengalami pertumbuhan pada kuartal ketiga 2019. Tapi, sebagian besar komponen tersebut mengalami pertumbuhan yang melambat dibandingkan kuartal ketiga pada tahun lalu.
Salah satu komponen yang melambat adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi. Pada kuartal ketiga 2019, pertumbuhannya 4,21 persen (yoy), sedangkan pada periode yang sama pada tahun lalu dapat mencapai 6,96 persen.
Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, kondisi politik Indonesia menjadi faktor utama perlambatan tersebut. Diketahui, pada periode Juli sampai September, pemerintahan baru masih belum terbentuk, sehingga investor cenderung wait and see.
"Diharapkan, kuartal keempat akan membaik," katanya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (5/11).
PMTB merupakan kontributor terbesar kedua dalam struktur PDB Indonesia pada kuartal kedua, yakni hingga 32,32 persen. Angka ini meningkat dibandingkan tahun lalu, 32,07 persen.
Suhariyanto berharap, tren PMTB dapat membaik pada kuartal keempat. Khususnya setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menentukan jajaran kabinet terbaru yang diharapkan dapat membantu meningkatkan daya tarik Indonesia di mata investor.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Sri Soelistyowati menuturkan, pemicu penurunan tren PMTB tidak terlepas dari ekonomi global yang kini sedang dirundung ketidakpastian. "Kalau dilihat, kuartal ketiga ini, tidak ada sesuatu yang gimana (dari kondisi domestik)," ucapnya.
Konsumsi rumah tangga
Struktur PDB pada kuartal ketiga masih banyak ditopang oleh konsumsi rumah tangga dengan kontribusinya mencapai 55,03 persen. Komponen ini tumbuh 5,01 persen, naik tipis dibandingkan kuartal ketiga tahun lalu, 5,00 persen.
Suhariyanto menjelaskan, penyebab pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal ketiga adalah indeks penjualan eceran riil yang tumbuh 1,08 persen, membaik dibandingkan tahun lalu, 0,45 persen. "Volume penjualan listrik PLN ke rumah tangga juga tumbuh 5,2 persen," katanya.
Dari komponennya, konsumsi rumah tangga untuk kesehatan dan pendidikan mengalami pertumbuhan paling tinggi, hingga 7,34 persen. Suhariyanto mengatakan, penyebabnya adalah pergantian tahun ajaran baru yang menyebabkan konsumsi masyarakat untuk biaya sekolah maupun perlengkapan sekolah menjadi tinggi.
Dari beberapa komponen PDB, hanya komponen impor yang mengalami kontraksi yakni hingga -8,61 persen. Suhariyanto mengatakan, penyebabnya adalah impor migas dan non migas yang tergabung dalam kategori barang maupun jasa mengalami pertumbuhan negatif. Sementara impor barang minus 9,81 persen, impor jasa minus 0,08 persen.
Impor migas mengalami kontraksi terdalam, sampai 25,52 persen. Angka ini kontras dibandingkan periode sama pada tahun lalu yang mampu tumbuh positif 2,09 persen.
"Kontraksi ini seiring dengan penurunan nilai dan volume impor migas," tutur Suhariyanto.
Kontraksi impor non migas pada kuartal ketiga adalah 6,53 persen, juga kontras dibandingkan kuartal ketiga pada 2018 yang mampu tumbuh 18,73 persen. Kondisi ini terutama terjadi pada komoditas plastik dan barang dari plastik hingga kendaraan.
Di sisi lain, impor jasa terkontraksi seiring dengan penurunan kebutuhan jasa angkutan untuk menunjang aktivitas ekspor dan impor barang. Pada kuartal ketiga 2018, impor jasa mampu tumbuh positif 4,53 persen.
Impor sendiri memberikan kontribusi minus 18,81 persen terhadap PDB kuartal ketiga 2019. Kontribusi tersebut menurun dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, -22,76 persen.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2019 adalah 5,02 persen. Angka ini melambat dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, 5,17 persen maupun kuartal kedua 2019, 5,05 persen.