Senin 11 Nov 2019 09:38 WIB

Polisi Kembali Tembak Demonstran Hong Kong

Rekaman video menunjukkan seorang pengunjuk rasa berbaring di jalan.

Rep: Fergi Nadira/Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Polisi antihuru-hara menyemprotkan semprotan merica ke arah pengunjuk rasa di pusat perbelanjaan di Hong Kong, Ahad (3/11).
Foto: AP Photo/Dita Alangkara
Polisi antihuru-hara menyemprotkan semprotan merica ke arah pengunjuk rasa di pusat perbelanjaan di Hong Kong, Ahad (3/11).

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Polisi Hong Kong melepaskan tembakan dan mengenai setidaknya satu pemrotes, Senin pagi (11/11). Rekaman yang ditampilkan secara langsung di Facebook itu menunjukkan petugas polisi menggunakan senjatanya sebelum bergulat dengan seorang pria di penghalang jalan.

Peristiwa itu terjadi ketika kekacauan meletus di pusat kota saat jam sibuk. Polisi mencoba membubarkan masa dengan menggunakan gas air mata.

Baca Juga

Sebuah peluru tajam yang ditembakkan polisi mengarah ke pengunjuk rasa di sisi timur pulau Hong Kong. Laporan media Hong Kong Cable TV mengatakan, seorang pengunjuk rasa terluka setelah polisi melepaskan tembakan.

Dilansir BBC, pria lain yang mengenakan topeng, lalu mendekat dan petugas menembaknya, memukul dada dan badannya. Ketika pergulatan antara mereka berlanjut, petugas menembakkan dua putaran tembakan lagi. Dalam rekaman tersebut tidak diketahui dengan jelas peluru mengenai siapa saja. Kondisi orang pertama yang ditembak tidak diketahui.

Rekaman video menunjukkan seorang pengunjuk rasa berbaring di genangan darah dengan mata terbuka lebar. Polisi menolak berkomentar ketika dimintai keterangan seputar peristiwa tersebut.

Layanan pada beberapa jalur kereta api dan kereta bawah tanah terganggu pada Senin pagi. Polisi antihuru-hara dikerahkan di dekat stasiun dan pusat perbelanjaan.

Para pengunjuk rasa menggunakan barikade untuk memblokir jalan di pusat keuangan yang dikuasai China. Kondisi ini membuat kemacetan lalu lintas yang panjang di beberapa daerah.

Sehari sebelumnya, para aktivis memblokir jalan-jalan dan menghancurkan pusat perbelanjaan di seluruh Wilayah Baru Hong Kong dan semenanjung Kowloon. Mereka tetap bertahan menyerukan selogan-selogan antipemerintah.

Kekerasan terbaru terjadi setelah seorang siswa meninggal di rumah sakit pekan lalu setelah jatuh dari gedung parkir saat pengunjuk rasa dibubarkan oleh polisi. Para pengunjuk rasa marah karena menganggap itu buah dari kebrutalan polisi dan campur tangan China.

Hong Kong adalah bagian dari China, namun sebagai bekas jajahan Inggris memiliki beberapa otonomi dan orang-orang memiliki lebih banyak hak. Protes dimulai pada Juni terhadap rencana untuk memungkinkan ekstradisi ke China Daratan. Hal itu memicu banyak kekhawatiran yang akan merusak kebebasan warga di Hong Kong.

 

RUU itu ditarik pada September, tetapi demonstrasi berlanjut dan kini berkembang menyerukan demokrasi penuh dan penyelidikan tentang perilaku polisi. Bentrokan antara polisi dan aktivis menjadi semakin ganas. Pada Oktober, pemerintah kota Hong Kong melarang semua masker wajah.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement