Kamis 14 Nov 2019 06:16 WIB

Ottoman Serukan Perlawanan di Perang Dunia I

Ottoman tidak secara resmi ambil bagian dalam Perang Dunia I

Rep: Fergi B Nadira/ Red: Agung Sasongko
Prajurit Ottoman yang berhasil mempertahankan Gaza dalam pertempuran pertama di Gaza.
Foto: wikipedia
Prajurit Ottoman yang berhasil mempertahankan Gaza dalam pertempuran pertama di Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM - Pada 14 November 1914, di Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Ottoman, pemimpin agama Sheikh-ul-Islam menyatakan perang suci Islam atas nama pemerintah Ottoman. Kala itu dia mendesak pengikut Muslimnya untuk mengangkat senjata melawan Inggris, Prancis, Rusia, Serbia dan Montenegro dalam Perang Dunia I.

Dilansir History, pada saat Perang Besar pecah di musim panas 1914, Kekaisaran Ottoman goyah setelah kehilangan banyak wilayah yang pernah dianggap cukup besar di Eropa karena kekalahannya dalam Perang Balkan Pertama dua tahun sebelumnya.

Para pemimpin Ottoman yang tak lain adalah anggota Komite Persatuan dan Kemajuan (CUP) (dikenal dengan Turki Muda), berusaha bersekutu dengan salah satu kekuatan besar Eropa untuk membantu melindungi mereka terhadap kehilangannya di masa depan. Mereka merespons dengan baik atas tawaran yang dibuat oleh Jerman pada bulan Agustus 1914. 

Meskipun Jerman dan Turki secara diam-diam menyelesaikan aliansi militer pada tanggal 2 Agustus, Turki tidak secara resmi ambil bagian dalam Perang Dunia I sampai beberapa bulan kemudian. Pada 29 Oktober, angkatan laut Ottoman termasuk dua kapal Jerman, Goeben dan Breslau menyerang pelabuhan Rusia di Laut Hitam. Serangan ini menandai awal partisipasi Turki di perang.

Pernyataan syekh tentang perang suci itu, dibuat dua minggu kemudiannya. Dia mendesak umat Islam di seluruh dunia termasuk di negara-negara Sekutu, untuk bangkit dan mempertahankan Kekaisaran Ottoman (yang kini adalah Turki) sebagai pelindung Islam, melawan musuh-musuhnya. 

"Dari mereka yang pergi ke Jihad demi kebahagiaan dan keselamatan orang-orang beriman dalam kemenangan Tuhan," bunyi pernyataan itu.

"Banyak dari mereka yang tetap hidup adalah keburukan, sedangkan pangkat mereka yang pergi ke dunia berikutnya adalah kesyahidan. Sesuai dengan janji Allah yang indah, mereka yang mengorbankan hidup mereka untuk memberikan kehidupan kepada kebenaran akan mendapat kehormatan di dunia ini, dan akhir mereka adalah surga," akhir pernyataan itu.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement