Kamis 14 Nov 2019 16:20 WIB

Persis: Ajaran Radikalisme tak akan Laku di Indonesia

Persis menilai ajaran radikalisme tak sesuai dengan budaya Timur.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Teguh Firmansyah
Mencegah Paham Radikal.  (ilustrasi)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Mencegah Paham Radikal. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Tarbiyyah Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis) Irfan Safrudin mengatakan, rencana Kementerian Agama (Kemenag) untuk melakukan perubahan isi buku ajaran agama murid sekolah tidak perlu dilakukan.

Menurut dia, ketakutan Kemenag bahwa radikalisme mampu meracuni dunia pendidikan, tidak relevan dengan budaya di Indonesia.

Baca Juga

“Kalau kita menelaah dan memahami kontek budaya Indonesia yang memiliki ciri khas budaya Timur dengan tingkat religius yang tinggi. Maka sifat dan sikap radikalisme di Indonesia tidak relevan dengan budaya yang berkembang di Indonesia,” kata Irfan saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (14/11).

Irfan juga mengganggap isu radikalisme di Indonesia bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Karena, baginya, hanya sedikit sekali orang Islam Indonesia yang tertarik untuk menganut paham radikalisme.

“Saya sendiri tidak terlalu khawatir dengan radikalisme di Indonesia, karena di Indonesia tidak banyak yang tertarik dengan radikalisme,” katanya.

Hal yang perlu dikhawatirkan, kata dia justru berpusat pada tingkah laku dan kebiasaan buruk warga Indonesia. Korupsi, daya saing yang masih rendah, kemiskinan, kebodohan, dan rasa malas, jelas Irfan, merupakan masalah yang masih menjerat Indonesia.

Sebelumnya, Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Kamaruddin mengatakan, setelah dilakukan perubahan skala besar, buku versi terbaru akan segera dirilis akhir 2019 nanti.  "Kami lakukan perubahan secara besar-besaran dan masif. Desember 2019 nanti diluncurkan," kata dia.

Kamaruddin menekankan, perubahan utama dalam buku pelajaran bertujuan mendorong toleransi. "Kita ingin pendidikan agama di sini, bukan saja menjadikan kita semakin soleh, taat beribadah, tetapi juga mengajarkan hubungan yang baik dengan sesama manusia. Menjadikan agama sebagai perekat sosial," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement