REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pelecehan atau serangan berlandaskan kebencian pada Islam atau Islamophobia rentan terjadi pada Muslimah yang beraktivitas di luar rumah. Hal itu terungkap dalam studi di Australia.
Salah satu korban ialah Nadia Saeed. Ia gemetaran dan tak percaya setelah serangan Islamofobia di Brisbane. Saeed sedang menelepon ke kantor Premier Queensland ketika seorang asing menghadangnya di jalan.
"Aku tidak peduli orang-orangmu terbunuh di Christchurch, seharusnya kau juga ditembak," katanya mengingat hinaan itu dilansir dari ABC News, Selasa (20/11).
Perempuan 21 tahun itu baru saja mengorganisasi penjagaan di Brisbane untuk para korban Christchurch, sesuatu yang menurutnya tidak mungkin diketahui pria itu. Dia juga sedang dalam proses menerima tawaran untuk berbicara di Hari Keharmonisan Queensland.
"Aku gemetaran, aku berada sendirian saat itu, sungguh terasa sekali," ujarnya.
Saeed mengaitkan pelecehan itu dengan dia mengenakan jilbab. Kisahnya bukan insiden yang baru karena sebuah studi Islamofobia dari Universitas Charles Sturt (CSU) menemukan bahwa perempuan yang mengenakan penutup kepala paling berisiko mengalami pelecehan.
"Para peneliti menemukan bahwa wanita yang mengenakan jilbab paling berisiko mengalami pelecehan dan serangan Islamofobia," tulis laporan itu.
Laporan tersebut menganalisis ratusan dugaan insiden Islamofobia. Hanya dalam 10 kasus dilaporkan bahwa ada warga lain turun tangan untuk membantu korban.
Saeed melaporkan kejadian itu ke register Islamophobia, sebuah situs web online yang memasukkan data mentah ke tim peneliti di Pusat Studi dan Peradaban Islam di CSU.
Studi CSU yang dirilis pada hari Senin, menganalisis 349 insiden yang dilaporkan ke register antara 2016 dan 2017. Hampir tiga perempat dari mereka yang berada di balik dugaan pelecehan itu adalah laki-laki.
Lebih dari 70 persen korban adalah perempuan dan hampir semuanya mengenakan jilbab atau syal. Namun, 41 persen dari laporan yang diajukan dengan daftar itu dibuat oleh saksi, bukan korban.
"Ini menunjukkan bahwa mayoritas orang di sekitarnya tidak mengabaikan kasus tersebut tetapi tidak melakukan intervensi," tulis laporan itu.
"Ini mungkin karena mereka tidak tahu bagaimana melakukannya tanpa membahayakan diri mereka sendiri," lanjut laporan itu.
Sementara itu, Anggota Parlemen Queensland Duncan Pegg turut menyoroti serangan pada Saeed. Ia meminta Muslim tak takut melaporkan kejadian itu ke polisi. Sehingga pelakunya bisa ditindak secara hukum, apalagi jika sudah melakukan serangan fisik.
"Itu cukup menyedihkan bagi saya apalagi dia (Muslim) yang menjadi targetnya. Ini menunjukkan serangan ini bisa terjadi dimana saja," ucapnya.