REPUBLIKA.CO.ID,BANTUL -- TK Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) genap berusia 100 tahun. Keberadaan TK ABA jadi satu pembuktian komitmen besar Aisyiyah untuk memajukan peradaban bangsa, terutama lewat pendidikan anak usia dini.
Ketua Umum PP Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini mengingatkan, TK ABA sejak 1919 pertama didirikan di Komplek Kauman. Peran mencerdaskan kehidupan bangsa, bahkan telah dilakukan sebelum bangsa ini merdeka.
Ia menekankan, pendidikan merupakan harta yang penting dan harus sudah diberikan mulai usia dini. Karenanya, perjuangan Aisyiyah memajukan pendidikan sejak usia dini terus dilakukan hingga detik ini.
Noor menegaskan, TK ABA terus menguatkan dan mengokohkan gerakannya untuk pendidikan anak-anak Indonesia. Ia berpendapat, dunia pendidikan sejak 1919 terus memiliki masalah yang sudah seharusnya diselesaikan.
Melalui pendidikan anak usia dini, Aisyiyah dituntut bisa mengajarkan tidak hanya pengetahuan tapi keimanan. Harapannya, bisa diamalkan oleh anak-anak Indonesia dan menjadi amal sholeh tersendiri bagi mereka.
"Kita semua berharap anak-anak yang kita didik dengan ilmu dan keimanan bisa jadi qurrota a’yun (penyejuk jiwa), permata hati yang tidak semata untuk orang tuanya tapi generasi penerus bagi kepentingan bangsa," kata Noor saat Resepsi Milad Muhammadiyah ke-107 di UMY, belum lama ini.
Noor mengungkapkan, Aisyiyah hari ini sudah mendirikan tidak kurang 20.000 TK ABA di seluruh pelosok Indonesia. Dari Soe (NTT), daerah-daerah terpencil sampai daerah-daerah pegunungan di Indonesia.
Komitmen TK ABA untuk mencerdaskan seluruh anak-anak Indonesia memang sudah terbukti. Bahkan, sangat mudah dilihat dari anak-anak asuh TK ABA yang berasal dari berbagai latar belakang, ras, suku dan agama.
"Kami mohon doa dan dukungan, untuk saling bergandeng tangan mendidik anak-anak Indonesia jadi anak-anak yang berakal budi, anak-anak yang akan berguna bagi agama dan bangsa," ujar Noor.
Pada kesempatan itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim turut memberikan apresiasi atas perjuangan Muhammadiyah dan Aisyiyah. Khususnya, atas perhatian penuh kepada pendidikan anak usia dini.
Terlebih, ia berpendapat, hingga ini masih banyak orang yang tidak memahami pentingnya pendidikan anak usia diini. Terutama, dalam pendidikan masyarakat dan pendidikan karakter.
Padahal, kata Nadiem, dari situ masa-masa emas untuk membentuk pemimpin-pemimpin masa depan bangsa seharusnya dimulai. Maka itu, ia memberikan apresiasi atas sumbangsih kepada Muhammadiyah dan Aisyiyah.
"Saya berterima kasih karena Muhammadiyah dan Aisyiyah sudah mengambil peran itu jauh sejak sebelum Indonesia merdeka," kata Nadiem.