REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro menginginkan semua perusahaan di Indonesia melakukan penelitian dan pengembangan atau research and development (R&D).
"Logisnya memang dilakukan oleh semua perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan besar dalam menjalankan usahanya," kata dia pada kegiatan Indonesia Economic Forum di Jakarta, Rabu (20/11).
Menurutnya, masih banyak perusahaan besar di Indonesia yang belum melakukan penelitian dan pengembangan. Padahal, hal tersebut cukup penting.
"Jadi bukan sekadar membeli lisensi dari negara lain atau kantor pusat perusahaan, namun memerhatikan kegiatan R&D perusahaan itu sendiri," katanya.
Di sisi lain, terdapat perusahaan yang sudah memiliki R&D, namun porsinya terlalu kecil. Padahal, menurut dia, setiap perusahaan pada hakikatnya terdesak oleh kebutuhan bersaing antara satu dengan lainnya sehingga harus mengembangkan R&D.
"Ada yang sudah melakukan R&D itu beberapa perusahaan digital, bagus dan perlu untuk ditiru," ujarnya.
Bukan hanya fokus pada perusahaan digital, Bambang berharap kegiatan yang sama juga dilakukan perusahaan nondigital di Indonesia terutama yang bergerak di bidang manufaktur dan memiliki produk tertentu. Bahkan, menurut dia, untuk pengembangan serta desain produk suatu perusahaan perlu didasarkan atas R&D yang dilakukan secara terus-menerus.
R&D secara garis besar merujuk pada kegiatan penelitian dan pengembangan serta ada kaitannya dengan riset ilmiah murni dan pengembangan aplikatif di bidang teknologi. Intinya, R&D harus lebih menyebar ke berbagai perusahaan terutama yang memiliki kekuatan manufaktur di Indonesia sehingga juga memiliki pengaruh kuat ke pengembangan dunia usaha.