Selasa 26 Nov 2019 14:04 WIB

Harimau Terkam Dua Ekor Sapi di Pasaman

Harimau masuk ke permukiman warga karena menyempitnya habitat satwa liar.

Rep: Febrian Fachri / Red: Friska Yolanda
Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae)
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae)

REPUBLIKA.CO.ID, PASAMAN -- Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resor Pasaman, Ade Putra melaporkan kejadian Harimau Sumatera menerkam dua ekor sapi ternak warga di Jorong (setingkat desa) Tarantang Tunggang Nagari Binjai kecamatan Tigo Nagari kabupaten Pasaman. Ade menyebut tim BKSDA Pasaman sudah mendatangi lokasi kejadian penyerangan Harimau Sumatera terhadap sapi ternak warga tersebut.

BKSDA memastikan satwa liar penyerang ternak tersebut adalah jenis Harimau Sumatera. "Hal ini diperkuat dengan hasil identifikasi lapangan yang menemukan tanda keberadaan berupa jejak yang terdapat di dalam dan sekitar kandang sapi," kata Ade kepada Republika.co.id, Selasa (26/11).

Selain membaca ada jejak, BKSDA juga melihat bekas luka pada bagian kaki sapi yang merupakan serangan harimau. 

Dua ekor sapi tersebut diketahui milik warga Jorong Tarantang Tunggang bernama Ridwan (55 tahun). Ridwan menemukan ternaknya terluka pada Ahad (24/11) pagi WIB di sekitar kandangnya. Setelah itu, Ridwan melaporkan kejadian ini kepada BKSDA Resor Pasaman.

Guna mengantisipasi kemunculan harimau itu kembali, BKSDA Pasaman melakukan patroli di sekitar lokasi pada sore sampai malam hari. BKSDA juga memasang tiga unit kamera trap tidak jauh dari pemukiman warga untuk memantau satwa liar yang dilindungi tersebut.

Sebelum ini, BKSDA Pasaman juga melaksanakan penanganan konflik manusia dengan satwa liar yang menyerang ternak warga pekan lalu di Jorong Kampung Padang Nagari Aia Manggih Barat Kecamatan Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman. Di sana tercatat 4 ekor ternak kambing warga satwa liar yang diduga jenis Harimau Sumatera. 

Tim BKSDA mengerahkan 7 orang personel dari Resor Pasaman yang melakukan pemantauan dan patroli sejak hari Rabu (6/11). Mereka juga memasang perangkap guna mengevakuasi satwa langka tersebut. Ade mengatakan tindakan ini diambil mengingat kejadian yang telah berulang.

Pada Juli lalu, di dekat lokasi yang sama juga terjadi konflik antara manusia dan satwa liar. Sebanyak 14 ekor ternak warga dimangsa oleh satwa liar yang diduga jenis harimau Sumatera. Pada saat itu BKSDA melaksanakan pemasangan kamera penjebak (camera trap) sebanyak 4 unit untuk memantau keberadaan dan pergeralan satwa.

Selain itu pengusiran juga dilakukan dengan menggunakan bunyi-bunyian selama hampir satu pekan. Berdasarkan hasil pengamatan pada saat itu, satwa diketahui telah kembali ke habitatnya di hutan lindung Tonang Talul.

"Salah satu penyebab terjadinya konflik antara manusia dan satwa liar adalah menyempitnya habitat satwa akibat alih fungsi lahan," ucap Ade.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement