REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para seniman yang aktif di Taman Ismail Marzuki (TIM) mengatakan tidak menginginkan revitalisasi pusat budaya dan kesenian itu dilanjutkan jika di kawasan itu nantinya ada kegiatan komersial. Kegiatan komersial yang paling ditentang keberadaannya oleh seniman adalah hotel yang akan bernama Wisma TIM.
Wisma TIM disebut akan memiliki standar pelayanan sekelas hotel bintang lima. "Mau bentuknya hotel, toko, supermarket, terserah yang penting kita gak komersialisasi. Ayo kita duduk bareng bicarakan dulu secara komprehensif baru setelah itu revitalisasi," kata Ketua Seniman TIM Radhar Panca Dahana di ruang Fraksi PDIP DPRD DKI, Rabu (27/11).
Sastrawan senior Indonesia itu berharap aspirasi yang disampaikan oleh para seniman melalui diskusi bersama dengan PDI Perjuangan dapat tersampaikan. "Kita berharap dapat mencapai tujuan- tujuan yang positif karena mereka (PDIP) pasang badan sehingga kita dapat berjuang mendapatkan tujuan kita," kata Radhar.
Suasana pembangunan revitalisasi kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta, Selasa (26/11). (Republika/Putra M Akbar)
Ketua Fraksi PDI Perjuangan Gembong Warsono mengatakan, partainya akan terus mendukung seniman karena mereka adalah pengguna utama wadah pusat kesenian di Jakarta itu. "Hampir semua menolak kalau soal (hotel) dalam pembahasan APBD tadi. Semua menolak adanya pembangunan hotel," kata Gembong.
Revitalisasi TIM sudah dikerjakan sejak awal 2019 dan seluruh proyek pengerjaan akan memakan biaya 1,8 triliun. Saat ini pengerjaan revitalisasi TIM yang dilakukan oleh Jakpro memasuki tahap 1, yaitu pembangunan Wisma TIM, parkiran dengan basementdan Masjid Amir Hamzah.