Jumat 29 Nov 2019 09:11 WIB

Seratus Lebih Grup di FB Terlibat Perdagangan Barang Antik

Barang-barang antik tersebut dijarah dari Timur Tengah.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Andi Nur Aminah
Facebook. ILustrasi
Foto: Mashable
Facebook. ILustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, GENOA -- Direktur Proyek Penelitian Antri Trafiking dan Warisan Antropologi (ATHAR) Amr Al Azm mengungkapkan ada lebih dari 100 grup di platform media sosial Facebook yang terlibat dalam perdagangan barang antik bersejarah. Barang-barang antik tersebut dijarah dari Timur Tengah.

"Saat ini lebih dari 100 grup Facebook terlibat aktif di dalamnya (perdagangan barang antik, Red), jumlahnya terus bertambah dan tak berkurang," kata Al Azm seperti dilansir Sputnik News, Jumat (29/11).

Baca Juga

Al Azm juga menambahkan bahwa media sosial telah membantu para penyelundup barang-barang antik bersejarah memperluas jangkauan mereka dalam waktu singkat. Kendati demikian, menurut Al Azm menutup atau menghapus grup itu di Facebook bukan merupakan solusi. Sebab menurutnya itu bisa menjadi barang bukti untuk menuntut para penjarah dan pelaku penyelundupan barang antik bersejarah suatu hari nanti.

Menurut Al Azm, benda-benda bersejarah itu bukan berasal dari museum. Karenanya jejaring Facebook menjadi satu-satunya untuk dokumentasi dari artefak yang dimaksud. Sebab itu, Al Azm berharap Facebook bisa bekerjasama agar tetap menjaga data-data barang tersebut.

"Jadi satu-satunya gambar, satu-satunya bukti yang membuktikan bahwa objek ini pernah ada dalam sejarah manusia adalah gambar yang diposting seseorang di Facebook. Jika anda akan menghapus itu, maka itu akan hilang, catatan itu akan hilang. Jadi bagi kami, sangat penting bagi Facebook untuk menyimpan data ini dan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk mengunduhnya dan menyimpannya untuk kebutuhan masa depan, dan kemudian mulai bekerja sama dengan lembaga penegak hukum dan dengan kelompok-kelompok seperti kita yang terlibat," kata Al Azm.

Azm menilai Facebook semakin sadar akan masalah tersebut. Secara khusus, Facebook telah merekrut tim ahli regional tentang Suriah yang sekarang sedang meneliti. Kendati demikian menurut Amr al-Azm, kemungkinan peluncuran cryptocurrency Libra Facebook dapat secara tidak sengaja meningkatkan perdagangan barang-barang antik yang dijarah dari zona konflik.

“Bisakah Anda bayangkan betapa mudahnya sekarang bagi orang-orang ini untuk membeli dan menjual? Kami benar-benar khawatir tentang itu. Ini akan membuat situasinya jauh lebih buruk. Perdagangan yang terjadi di Facebook tidak hanya menjarah barang antik, ” katanya.

“Dengan meluncurkan mata uang mereka hanya menambahkan cara lain untuk membuat platform lebih menarik bagi orang-orang ini untuk melakukan bisnis mereka. Dari perspektif monetisasi Facebook, tentu saja itu sempurna. Mereka menghasilkan uang darinya. Penghasilannya terlalu bagus, ” katanya. Andrian Saputra

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement