REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sosok sufi Jalaluddin Rumi tak lepas dari diskursus tasawuf. Namun sosok sufi ini justru sangat amat lekat dengan puisi, bagaimana sesungguhnya getaran puisi karyanya?
Rumi dalam berbagai karyanya pernah menyebut, cinta adalah sumber mata air baginya. Cinta Rumi kepada Allah SWT banyak diungkapkan melalui puisi-puisi yang dibuatnya. Seperti puisi yang satu ini, Rumi menulis:
Kematian terburuk adalah tanpa Cinta
Kenapa kerang menggigil? Demi mutiara!
Setiap dada tanpa Sang Kekasih adalah badan tanpa kepala
Puisi Rumi adalah ekspresi mengenai kekerdilan manusia tanpa Allah SWT. Kehampaan manusia apabila berjalan tanpa Allah dalam laku hidupnya. Kesepian, begitu Rumi kerap menulis, bagi hati dan jiwa yang ditinggal cahaya cinta.
Rumi mengakui bahwa cinta tak pernah bisa selesai diulas. Puisi tentang cinta (Allah SWT) kadang membuatnya malu tiada terperi. Rumi mengungkapkannya dengan kata-kata:
Apapun yang aku katakan untuk menjelaskan cinta, itu cuma membuatku dicekam rasa malu
Cinta adalah samudera yang kedalamannya tak dapat diukur
Apakah kau akan menghitung jumlah tetesan samudera?
Di hadapan Sang Samudera, tujuh lautan bukanlah apa-apa