Selasa 03 Dec 2019 17:00 WIB

Inflasi DIY di Akhir 2019 Diupayakan Terkendali

Tekanan inflasi inti (core inflation) cenderung menurun dibanding bulan sebelumnya.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Kantor BI DIY.
Foto: Yusuf Assidiq.
Kantor BI DIY.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- DIY kembali mengalami inflasi di November 2019 sebesar 0,31 persen (mtm). Dengan begitu, laju inflasi 2019 mencapai 2,30 persen (ytd) dan inflasi tahunan sebesar 2,88 persen (yoy).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Hilman Tisnawan mengatakan, inflasi pada November terutama disebabkan karena adanya peningkatan tekanan inflasi pada kelompok harga bergejolak (volatile food). Selain itu, kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices) mengalami tekanan inflasi yang relatif terbatas.

Sementara itu, katanya, tekanan inflasi inti (core inflation) sudah cenderung menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Walaupun begitu, pihaknya berupaya untuk menjaga inflasi di DIY pada akhir 2019 tetap terkendali.

"Melalui koordinasi yang semakin baik dan langkah-langkah yang cermat, TPID DIY optimis pada akhir 2019, inflasi DIY akan tetap terkendali dan berada pada kisaran target yang ditetapkan, yakni 3,5±1 persen (yoy), dengan kecenderungan bias bawah," kata Hilman, Selasa (3/12).

Ia menjelaskan, volatile food tercatat mengalami inflasi 0,87 persen (mtm) pada November 2019. Hal ini disebabkan kenaikan harga komoditas bawang merah yakni 34,31 persen (mtm), daging ayam ras 4,03 persen (mtm), dan telur ayam ras 4,62 persen (mtm).

Untuk bawang merah ini, pasokannya semakin terbatas di pasar karena musim panen yang telah berakhir dibeberapa sentra produksi. Yakni Bantul dan Gunungkidul.

"Sehingga harga cenderung meningkat. Selain itu, komoditas daging dan telur ayam ras harganya juga mengalami peningkatan," jelasnya.

Sementara, daging ayam dan telur ayam ras juga mengalami peningkatan harga. Yang mana, di pengecer harga mencapai Rp 31.650 per kilogram untuk daging ayam ras dan Rp 22.450 per kg untuk telur ayam ras.

"Kenaikan harga komoditas tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru," ujarnya.

Terkait administered prices, mengalami inflasi 0,19 persen (mtm). Inflasi ini dipicu karena kenaikan harga tiket angkutan udara sebesar 2,50 persen dan rokok putih 0,46 persen (mtm).

"Sesuai siklusnya, trafik angkutan udara cenderung meningkat di akhir tahun. Kenaikan cukai rokok yang berlaku pada awal 2020 langsung direspon produsen dengan meningkatkan harga secara bertahap, sehingga berdampak terhadap kenaikan harga rokok," katanya.

Selain itu, pada kelompok inti mengalami inflasi 0,21 persen (mtm) pada November 2019. Yang mana, inflasi tersebut cenderung menurun dibanding tekanan inflasi bulan sebelumnya.

"Deflasi harga emas perhiasan sebesar -0,89 persen (mtm) sebagai dampak dari penurunan harga emas dunia, menjadi sumber utama menurunnya tekanan inflasi inti," jelas Hilman.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement