Senin 09 Dec 2019 05:27 WIB

Enam Penderita HIV-AIDS di Bangka Tengah Meninggal Dunia

HIV/AIDS di Bangka Tengah seperti fenomena gunung es yang tak semua terungkap.

HIV/AIDS (Ilustrasi)
Foto: Flickr
HIV/AIDS (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKA TENGAH -- Sebanyak enam penderita HIV/AIDS di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dinyatakan meninggal dunia. Selain itu, 29 orang sudah tertular.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Tengah, dr Bahrun R Siregar di Koba mengatakan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir menemukan 35 kasus HIV/AIDS. Enam penderita dinyatakan meninggal dunia

"Dari 35 kasus itu, sebanyak enam orang meninggal dunia dan 29 orang dalam kondisi tertular," ujarnya, Ahad (8/12).

Ia menyatakan, setiap tahun kasus HIV/AIDS terus meningkat dan kondisi tersebut bagaikan fenomena gunung es yang tidak begitu tampak ke permukaan. "Kasusnya seperti fenomena gunung es, di mana kasus yang ditemukan lebih sedikit dibanding dengan kenyataan yang ada di lapangan," ujarnya.

Ia mengatakan, pencegahan HIV/AIDS harus ada upaya bersama mulai dari pemangku kepentingan melalui kebijakan hingga peran penting para tokoh masyarakat. Namun sayangnya, ada sebagian penderita menutup-nutupinya karena dianggap suatu hal yang tabu.

Justru karena kondisi itu, pihaknya terus menggencarkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait pencegahan penyakit mematikan itu. "Penderitanya tidak memandang usia, siapapun bisa terserang dan ini sangat berbahaya sehingga perlu upaya yang serius dalam mengatasinya," katanya.

Koba, Babel, (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menyosialisasikan bahaya HIV/AIDAsebagai langkah antisipasi penularan penyakit yang mematikan itu.

"Untuk tahap awal sosialisasi lebih kami gencarkan kepada kalangan aparat sipil negara (ASN) dengan membagikan media leaflet dan souvenirtentang bahaya HIV/AIDS," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Tengah, dr Bahrun R Siregar di Koba, Minggu.

Ia menjelaskan, pembagian leaflet dan souvenir atau komunikasi informasi dan edukasi (KIE) itu dalam rangka mengedukasi kalangan ASN karena penularan HIV/AIDS tidak mengenal batasan usia atau umur.

"Ini kami lakukan karena penularan penyakit HIV/AIDS masih berpotensi di daerah ini, maka harus dilakukan pencegahan dini," ujarnya.

Ia mengatakan, HIV/AIDS tidak hanya dipicu oleh prilaku hidup seks bebas tetapi juga bisa menular melalui media lain. Penularan bisa melalui jarum suntik dan bisa juga kalangan anak tertular HIV karena orang tuanya mengidap penyakit demikian.

Ia mengatakan, sosialisasi bahaya HIV/AIDS dilakukan dari tingkat aparatur sipil negara (ASN) dan akan terus meluas hingga ke berbagai lapisan masyarakat. Hal ini untuk mendukung target daerah tersebut bertekad bebas dari ancaman penyakit yang mematikan itu.

"Untuk tahap awal kami mulai dari kalangan ASN, ke depan kami sosialisasikan secara menyeluruh kepada berbagai lapisan masyarakat," ujarnya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement