Kamis 12 Dec 2019 18:50 WIB

Kerukunan Bali, NTT, dan Papua Barat Unggul, Ini Kuncinya

Indeks kerukunan Bali, NTT, dan Papua Barat tertinggi dibanding provinsi lain.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Masjid dan gereja berdiri berdampingan di Nusa Dua Bali simbol kerukunan di Indonesia
Foto: Musiron Republika
Masjid dan gereja berdiri berdampingan di Nusa Dua Bali simbol kerukunan di Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Modal sosial telah mengantarkan Papua Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Bali mendapatkan nilai indeks kerukunan umat beragama (KUB) tertinggi di banding daerah lainnya. Kehidupan yang rukun dengan tetangga yang berbeda agama menjadikan ketiga daerah ini bagus nilai indeks kerukunannya. 

Peneliti ahli utama di Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag), Prof Muhammad Adlin Sila, mengatakan Papua Barat memiliki modal sosial yang kuat. Kehidupan mereka dalam bertetangga dengan pemeluk agama lain sudah baik sejak dulu. Bahkan sebelum kemerdekaan, kehidupan mereka dengan tetangga sudah rukun.    

Baca Juga

"Sejak survei indeks kerukunan umat beragama dilakukan, Papua selalu berada di posisi teratas skornya," kata Adlin kepada Republika.co.id, Kamis (12/12). 

Seperti diketahui, Kemenag merilis nilai indeks KUB nasional rata-rata sebesar 73,83. Nilai indeks KUB Papua Barat sebesar 82,1. Kemudian di tempat kedua dan ketiga, nilai indeks KUB NTT sebesar 81,1 dan Bali sebesar 80,1. 

Menurut Adlin, modal sosial di NTT juga hampir sama dengan Papua Barat. Di sana ada kampung-kampung Muslim. Di NTT menjadi hal yang biasa di satu keluarga berbeda-beda agamanya. "Di satu keluarga itu kadang ada tiga atau dua agama yang berbeda," jelasnya.

Dia mengatakan, kerukunan antar agama di Bali juga tidak jauh beda dengan di Papua dan NTT. Di Bali ada tradisi ‘ngejot’, dalam tradisi ini masyarakat Muslim dan Hindu saling membantu saat mereka merayakan hari raya agama mereka.

"Jadi modal sosial yang membuat tiga daerah ini, Papua Barat, NTT, dan Bali itu yang mempengaruhi kerukunan, meskipun ada pengaruh politik dari pusat, itu tidak kemudian menghancurkan modal sosial yang sudah lama tumbuh di ketiga masyarakat ini," ujarnya. 

Menurutnya, kerusuhan yang terjadi di tanah Papua tidak mempengaruhi nilai indeks KUB, karena kerusuhan itu tidak terjadi setiap saat. Kerusuhan itu juga bukan menjadi cermin kehidupan masyarakat Papua yang sesungguhnya. 

 

Fuji E Permana

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement