Rabu 18 Dec 2019 13:03 WIB

Puncak Musim Hujan di Jabar Diprediksi Januari-Februari

Saat ini, musim hujan belum merata terjadi di Jabar.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Dwi Murdaningsih
Saat ini, musim hujan belum merata terjadi di Jabar. Foto: Bersepeda Saat Hujan. Ilustrasi
Foto: Pixabay
Saat ini, musim hujan belum merata terjadi di Jabar. Foto: Bersepeda Saat Hujan. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim hujan di wilayah Jawa Barat akan terjadi pada Januari-Februari 2020 mendatang. Hujan yang berlangsung akan disertai angin kencang oleh karena itu masyarakat diimbau untuk waspada.

Kepala BMKG Bandung, Tony Agus Wijaya mengatakan wilayah Jawa Barat sudah memasuki musim hujan. Namun relatif belum merata terjadi di semua wilayah kabupaten/kota. Ia mengatakan, potensi hujan lebat mulai nampak dengan kondisi hujan yang tidak merata pada tiap hari namun hari tertentu.

Baca Juga

"Contoh kemarin sore hingga malam hujan lebat, terkumpul di satu hari dan merata seluruh wilayah Jabar. Curah hujan 20 milimeter per jam," ujarnya di Kota Bandung, Rabu (18/12).

Ia mengatakan, curah hujan pada puncak hujan di bulan Januari-Februari akan lebih tinggi yaitu perdasarian atau 10 hari bisa lebih dari 100 milimeter perjam. Kemudian potensi hujan lebat persatu hari bisa mencapai 50 milimeter perjam.

Menurutnya, curah hujan yang lebih tinggi akan diikuti dengan angin kencang yang memiliki kecepatan 45 kilometer perjam. Dengan kondisi curah hujan dan angin kencang, ia mengatakan potensi bencana diprediksi akan terjadi.

Tony pun meminta masyarakat waspada dan lebih memperhatikan lingkungan sekitar agar tidak terdapat korban yang disebabkan bencana.  Beberapa yang bisa dilakukan dengan membersihkan saluran air, apabila terjadi retakan tanah atau perbukitan perlu diantisipasi.

"Antisipasi angin kencang bisa mulai lihat lingkungan sekitar kita, kalau ada pohon terlalu rimbun bisa kurangi cabangnya,"  katanya.

Wali Kota Bandung, Oded M Danial mengaku antisipasi yang dilakukan agar banjir bisa diminimalisasi dengan cara meningkatkan fungsi dan memperbanyak kolam retensi. Selanjutnya, mengeruk sampah yang berada di saluran sungai yang berpotensi menyebabkan banjir.

"Kemudian sodetan dilakukan dari kemarin. Drainase juga terus diperbaiki, tiap tahun ada anggarannya," ungkapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement