Selasa 24 Dec 2019 13:42 WIB

Penting, Semua Pihak Peduli Atasi Kecanduan Gadget

Pemerintah harus lebih serius membuat peraturan terkait antisipasi kecanduan gadget.

Ketua Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi Azimah Subagijo, dalam Seminar Parenting bertema “Fenomena Kecanduan Gadget dan Antisipasinya” yang diselenggarakan DKM Masjid Raya Palapa Baitus Salam, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 22 Desember 2019.
Foto: Foto: Istimewa
Ketua Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi Azimah Subagijo, dalam Seminar Parenting bertema “Fenomena Kecanduan Gadget dan Antisipasinya” yang diselenggarakan DKM Masjid Raya Palapa Baitus Salam, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 22 Desember 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, Saat ini, kita hidup di era revolusi 4.0. Yaitu, suatu era yang memungkinkan kita berinteraksi dengan orang lain dan memenuhi berbagai kebutuhan hidup kita melalui dunia siber. Meski banyak kemudahan yang di dapat dari dunia siber seperti  mudahnya akses informasi serta kemajuan ekonomi sharing dengan adanya fintech dan toko online, namun kini kita juga mulai menuai efek negatif dari dunia siber, yaitu kecanduan gadget.

Beberapa waktu yang lalu misalnya, rumah sakit jiwa setidaknya di Jawa Barat dan Jawa Tengah merilis berita bahwa mereka saat ini dibanjiri ratusan anak yang mengalami gangguan jiwa, akibat kecanduan gadget atau gawai. Kondisi ini dikhawatirkan hanyalah sebuah efek gunung es semata, yaitu kondisi sesungguhnya ada lebih banyak lagi anak yang kecanduan gadget bahkan kemungkinan juga ada di lingkungan keluarga kita sendiri.

Demikian disampaikan Azimah Subagijo, dalam Seminar Parenting bertema “Fenomena Kecanduan Gadget dan Antisipasinya” yang diselenggarakan DKM Masjid Raya Palapa Baitus Salam, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 22 Desember 2019.

photo
Ciri-ciri anak kecanduan gadget.

Pelajar Indonesia Pengguna Gadget Tertinggi di Dunia

Dalama keterangannya yang diterima Republika.co.id, Ketua Umum Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi ini menyampaikan, berdasarkan survey GlobalWebIndex, ternyata pelajar Indonesia merupakan pengguna perangkat teknologi informasi tertinggi di dunia dengan persentase sebesar 40 persen. Sementara itu, pelajar Indonesia ini juga yang tertinggi kedua di dunia dalam hal penggunaan komputer dekstop (54 persen), hanya kalah dari Amerika Serikat.

Oleh karena itu, permasalahan kecanduan gadget dikalangan anak muda kita ini perlu  jadi perhatian serius semua kalangan, terutama orangtua.“Kecanduan gadget sudah sangat mempengaruhi perilaku sosial kita saat ini. Salah satunya adalah muncul perilaku phubbing, yaitu mengacuhkan orang lain yang sedang berkomunikasi dengan kita, karena lebih tertarik dengan muatan-muatan di dalam gadget,” ujar Azimah. 

Diet dan Detox Gadget

Dalam kesempatan tersebut, Azimah yang juga pembicara tetap di Program Parenting Line, Bravos Radio, mengajak, para orangtua untuk memanfaatkan moment liburan sekolah kali ini dengan melakukan diet gadget atau detox gadget di dalam keluarganya. Mengingat saat ini, kata dia, banyak orang yang memakai gadget setiap saat di waktu terjaganya dan di mana saja dan kapan saja. Padahal, perilaku tersebut rentan memicu terjadinya kecanduan dan ketergantungan gadget. 

Dikatakan Azimah, diet gadget adalah tindakan seseorang melakukan pengaturan diri dalam penggunaan gadget. Yaitu hanya mengonsumsi muatan dari dunia maya yang bermanfaat dan juga dalam batasan waktu yang proporsional.

Sementara detox gadget adalah kegiatan seseorang untuk “berpuasa” tidak menggunakan gadget selama periode waktu tertentu, dan mengisi waktunya yang tanpa gadget tersebut dengan lebih banyak kegiatan fisik dan sosial. 

“Kegiatan diet dan detox gadget ini ternyata membawa pengaruh positif terhadap jiwa seseorang. Setidaknya, berdasarkan survey pada masyarakat di Amerika Serikat dan Inggris, orang-orang yang melakukan diet dan detox gadget ini hidupnya menjadi lebih bahagia dan terbebaskan,” ujar Azimah yang juga pernah menjadi Anggota Komisi Penyaran Indonesia pada 2010-2016. 

Kecanduan Gadget Lebih Parah dari Narkoba

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja Rumah Sakit Dr. Suharto Herdjan Suzy Yusna Dewi menyampaikan, kecanduan gadget sesungguhnya lebih berbahaya daripada narkoba. Hal ini, kata dia, dikarenakan pada kecanduan narkoba ada batas/limit pengguna narkoba yang kecanduan akan berakhir dengan kematian jika sudah over dosis.

photo
Seorang anak mengalami gangguan jiwa/ilustrasi

Namun, pada kecanduan gadget, pecandu tidak ada limit yang berakhir pada kematian, melainkan mengalami penurunan fungsi otak, terganggu relasi sosialnya dan juga terganggu relasinya di sekolah dan atau di tempat kerja.

“Kondisi kecanduan gadget ini diperparah dengan ketidaktahuan pecandu maupun orang-orang di sekitarnya untuk segera memeriksakan diri kepada paramedis, sehingga biasanya pecandu dibawa ke paramedias setelah mengalami komorbiditas atau mengalami gangguan kejiwaan lainnya yang bersamaan sehingga penangannanya jauh lebih kompleks,” ungkap Suzy.

Untuk itu, Suzy yang juga pendiri lembaga Talenta Center, mengajak, para orangtua melakukan deteksi kecanduan gadget pada diri dan anggota keluarganya. Hal ini karena orangtua adalah role model bagi anak-anaknya. Sehingga penting untuk memberi teladan yang baik dalam berinteraksi dengan gadget.

“Saat ini tekanan akademik di sekolah pada anak-anak sangat tinggi. Akibatnya saat anak membutuhkan refreshing, maka seringkali yang dijadikan pelampiasan dari beban berat anak-anak di sekolah tersebut adalah gadget. Untuk itu, diperlukan pendampingan orangtua dan pola komunikasi yang sehat antara orangtua dan anak terutama terkait pembatasan penggunaan gadget oleh anak-anaknya,” ujar Suzy.

Minim Kebijakan Terkait Pembatasan Gadget

Secara makro,  konsultan dari pusat anak berkebutuhan khusus di Sekolah Alam Bintaro, melihat salah satu kelemahan penanganan kecanduan gadget ini terjadi karena Indonesia minim kebijakan terkait pembatasan gadget. Akibatnya masyarakat Indonesia cenderung konsumtif terhadap gadget, baik dari segi perangkatnya maupun kontennya.

Padahal, negara pembuat gadget seperti Korea Selatan dan Cina, saat ini telah memiliki berbagai kebijakan terkait antisipasi kecanduan gadget pada masyarakatnya.  Pemerintah Korea Selatan, misalnya, mempuyai peraturan penghentian dari tengah malam sampai dengan jam 6 pagi untuk penggunaan internet bagi usia anak dan remaja di bawah 18 tahun. Selain itu mereka, juga membuat sistem berupa “slow down” koneksi internet pada pemain game di internet bagi mereka yang telah bermain lebih dari 6 jam.

Sementara itu di Cina, pemerintahnya sejak tahun 2007 membatasi penggunaan game internet harian pada kelompok usia muda yaitu dengan mengharuskan setiap operator game online men-set up “game fatigue system” yang membuat pemain game di bawah usia 18 tahun bermain kurang dari 3 jam per hari. 

Untuk itu, Suzy berharap, masyarakat dapat juga mendorong pemerintah untuk lebih serius membuat peraturan terkait antisipasi kecanduan gadget ini. “Beberapa waktu lalu pemerintah pernah memberlakukan slow down hingga shut down untuk mengantisipasi hoax dan juga penanganan kerusuhan di Papua. Harapannya, pemerintah kita juga punya kebijakan untuk melakukan hal serupa untuk mengatisipasi kecanduan gagdet khususunya game online pada anak-anak dan remaja,” usul Suzy.

Perlu Ada Tindak Lanjut

Kegiatan Seminar Parenting yang diselenggarakan oleh DKM Masjid Raya Palapa Baitus Salam ini, dihadiri lebih dari 50 orang peserta. Kegiatan yang diadakan dalam rangka peringatan hari Ibu ini diukung oleh Dompet Dhuafa, Talenta Center, Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi, SCTV, dan Anen Stationary.

Dalam kesempatan itu, Djodi Tjahjadi, Ketua Umum DKM Masjid Raya Palapa Baitus Salam, berharap ada tindak lanjut yang konkrit dari seminar kali ini berupa pembentukan lembaga atau pusat penangan kecanduan gadget. 

“Kondisi kecanduan gadget yang terjadi pada masyarkat kita saat ini sudah sangat memprihatinkan. Untuk itu pendirian pusat pananganan kecanduan gadget sudah sampai pada tataran urgen. Dan kami di DKM Masjid Raya Palapa Baitus Salam bersedia berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk pendirian lembaga tersebut di lingkungan kami,” ujar Djodi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement