REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Badai topan yang melanda Filipina telah menewaskan sedikitnya 16 orang. Topan Phanfone mengantam Filipina pada Selasa (24/12) malam. Topan menghantam dengan kecepatan mencapai 120 kilometer per jam dan hembusan angin 150 kilometer per jam sehingga menerbangkan atap rumah dan merobohkan tiang listrik.
Korban meninggal dunia berasal dari provinsi Capiz, Iloilo, dan Leyte. Di antara korban terdapat seorang bocah lelaki berusia 13 tahun yang meninggal dunia akibat tersengat listrik. Korban lainnya meninggal dunia karena tertimpa pohon dan kecelakaan mobil.
Badai topan tersebut juga melanda wilayah Borocay, Coron yang merupakan destinasi liburan bagi wisatawan asing dan terkenal dengan pantai pasir putihnya. Seorang turis asal Korea, Jung Byung-joon terdampar di bandara di Kalibo. Dia menggambarkan kondisi bandara rusak parah dan penerbangan dibatalkan akibat badai topan itu.
"Banyak orang frustrasi karena penerbangan dibatalkan. Taksi masih beroperasi namun hujan lebat dan angin kencang masih terjadi sehingga tidak ada orang yang meninggalkan bandara, termasuk saya," ujar Jung dilansir Guardian.
Filipina rata-rata dihantam 20 badai topan setiap tahun. Dalam beberapa tahun terakhir badai topan yang menyapu negara itu menjadi lebih ganas.
Seorang petugas informasi bencana wilayah Visayas Barat, Cindy Ferrer mengatakan Topan Phanfone melalui jalur yang sama dengan badai Super Typhoon Haiyan, yang dikenal mematikan di Filipina. Super Typhoon Haiyan telah menyebabkan 7.300 orang tewas pada 2013.
“Ini seperti adik dari Haiyan. Itu (Topan Phanfone) tidak terlalu merusak, tetapi mengikuti jalan yang sama," ujar Ferrer.
Lebih dari 58 ribu orang dievakuasi dari sebelum badai datang. Sementara lebih dari 15 ribu orang terdampar di pelabuhan ketika feri dihentikan sementara. Topan Phanfone telah meninggalkan Filipina pada Rabu (25/12) malam dan berada di atas Laut Cina Selatan untuk bergerak ke arah barat.