REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- Observatorium Bosscha ITB, Ivan I Akbar menilai penampakan gerhana matahari cincin (GMC) di Tanjungpinang merupakan yang terbaik. GMC berlangsung lancar dengan cuaca yang sangat mendukung.
"Pantauan fenomena langka itu di Tanjungpinang terbaik dibanding daerah lain yang juga dilintasi," ucapnya di Tanjungpinang, Kamis (26/12).
Ivan bersama tim Observatorium Bosscha ITB memantau gerhana matahari cincin di Gedung Gonggong Tanjungpinang. Saat itu posisi bulan tepat berada di atas langit Tanjungpinang. Lintasan mulai dari India, Aceh, Sumbar, Kalimantan, Samudera Pasifik, termasuk Batam dan Tanjungpinang.
Puncak gerhana matahari cincin di Tanjungpinang terlama. "Puncak gerhana matahari di Tanjungpinang berlangsung sekitar 3 menit 34 detik yang dimulai sekitar pukul 12.24 WIB," katanya.
Observatorium Bosscha menyediakan live streaming youtube agar bisa disaksikan masyarakat Indonesia dan internasional. Tim itu juga menyediakan dua teleskop khusus untuk warga agar bisa menyaksikan langsung proses Gerhana Matahari Cincin.
Observatorium Bosscha juga membagikan 600 kacamata untuk masyarakat biar bisa saksikan bersma-sama. “Fenomena ini satu bentuk edukasi, misalnya kepada anak-anak SD dan SMP terkait pelajaran gerhana matahari cincin. Sekarang bisa saksikan langsung,” ujarnya.
Ribuan warga antusiasme melihat gerhana matahari cincin di Gedung Gonggong. Fenomena itu menarik perhatian warga karena sebelumnya terjadi pada rahun 1861
Sebagian besar warga yang hadir dapat menyaksikan langsung gerhana matahari cincin dengan menggunakan peralatan disediakan Observatorium Bosscha ITB dan Prodi Astronomi ITB. Tak hanya warga Tanjungpinang, ratusan wisatawan juga terlihat hadir di Laman Boenda, turut menyaksikan fenomena langka itu.
"Saya ke Tanjungpinang khusus untuk menyaksikan gerhana matahari," kata Tila, salah seorang mahasiswa asal Jakarta.