Jumat 03 Jan 2020 09:38 WIB

Sepeda Kasus Novel yang Masih Utuh

Sepeda itu simbol pengungkapan kasus Novel Baswedan.

Wakil Ketua KPK Saut Situmorang (tengah), Penyidik Senior Novel Baswedan (kanan), dan Ketua Wadah Pegawai Yudi Purnomo (kiri) memberikan keterangan kepada wartawan saat menyalakan kembali layar penghitung waktu peristiwa penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan, di lobi Gedung KPK, Jakarta, Kamis (19/12/2019).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Wakil Ketua KPK Saut Situmorang (tengah), Penyidik Senior Novel Baswedan (kanan), dan Ketua Wadah Pegawai Yudi Purnomo (kiri) memberikan keterangan kepada wartawan saat menyalakan kembali layar penghitung waktu peristiwa penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan, di lobi Gedung KPK, Jakarta, Kamis (19/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Dian Fath Risalah

Baca Juga

Tiga unit sepeda masih kokoh berstandar di salah satu sudut ruang perpustakaan lantai dua Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Berbeda jenis dan harga, tetapi ketiganya melambangkan satu simbol, yakni pengungkapan kasus penyiraman penyidik senior KPK Novel Baswedan.

Setelah hampir tiga tahun, kepolisian akhirnya mengungkap dua pelaku penyerangan, yaitu anggota polisi aktif berinisial RB dan RM. Pada subuh 11 April 2017, RB mengeklaim dirinya menyiram Novel dengan air keras dari atas sepeda motor yang dikemudikan RM. Begitu kira-kira penjelasan awal polisi setelah penangkapan kedua pelaku pada Kamis (26/12) pekan lalu.

Setelah lama kasus itu terbengkalai, Wadah Pegawai (WP) KPK merilis hadiah kepada pihak yang berhasil mengungkapkan pelaku penyiram Novel pada Jumat, 27 Juli 2018 lalu. Hari itu, para pegawai KPK tengah menyambut kembalinya Novel bekerja setelah menjalani perawatan di Singapura.

"Tiga sepeda masih kami simpan di perpustakaan KPK sebagai simbol teror terhadap KPK yang harus dilawan," kata Ketua WP KPK Yudi Purnomo, Rabu (1/1).

Meski sekarang dua pelaku sudah ditangkap, KPK urung memberikan sepeda itu kepada polisi. Alasannya, menurut Yudi, karena pihaknya masih menunggu semua proses penegakan hukum tuntas hingga seluruh pelaku tertangkap.

Sepeda sayembara itu merupakan pemberian dari tiga pihak yang berbeda. Sepeda pertama yang diberikan WP KPK berjenis BMX dengan warna hitam dan putih seharga Rp 950 ribu. Sepeda itu dibeli di salah satu toko di Pasar Jumat.

Sepeda kedua dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yaitu sepeda warna merah dengan keranjang di bagian depannya. Sementara itu, sepeda ketiga berasal dari pimpinan KPK Jilid IV Saut Situmorang yang dibeli secara daring saat sedang bertugas di Canberra, Australia.

Sebelumnya, Kepala Polri Jenderal Polisi Idham Azis meminta agar penyidikan kasus tersebut dilakukan dengan transparan. "Saya sudah perintahkan Kabareskrim bersama Kapolda Metro Jaya untuk melakukan penyelidikan yang transparan dan beri waktu penyidik melakukan proses penyidikan," ujar Idham

Penangkapan RM dan RB diharapkan dapat membuka fakta baru terkait kasus Novel. Namun, ia juga tetap meminta semua pihak untuk mengedepankan asas praduga tak bersalah. "Sidangnya nanti akan dilaksanakan dengan terbuka di pengadilan. Asas praduga tak bersalah tetap kita kelola," ujar Idham.

photo
Pelaku penyiraman air keras Penyidik KPK Novel Baswedan dibawa petugas untuk dipindahkan ke Bareskrim Mabes Polri di Polda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu (28/12/2019).

Kontroversi

Meski begitu, penanganan terhadap kedua tersangka menuai kontroversi. Hingga saat ini polisi belum membeberkan apa motif kedua pelaku menyerang Novel. Mayasrakat hanya disajikan dengan teriakan pelaku RB di depan kamera wartawan yang menyatakan dia tidak suka kepada Novel karena dianggap berkhianat.

Menanggapi itu, Novel mengaku janggal. "Ketika dia (tersangka) berbicara terkait masalah pribadi dengan saya, ini lelucon apa lagi. Kemudian, dendam pribadi. Memang, saya punya utang apa? Dan saya berpikir, lebih baik saya bertemu orangnya," ujar Novel, Jumat (27/12).

Pada Senin (30/12), Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Argo Yuwono mengatakan, proses pemeriksaan terhadap dua tersangka belum selesai. Penyidik, kata dia, masih terus menggali keterangan tersangka, termasuk motif penyerangan tersebut. "Belum selesai pemeriksaannya," ujar Argo.

Polisi, kata Argo, mengetahui identitas tersangka bukan dari Novel Baswedan, melainkan dari hasil penyelidikan kepolisian. "Hasil penyidikan," ujarnya.

Saat ditanyakan apakah ada kemungkinan tersangka lain selain RM dan RB selaku eksekutor lapangan, Argo enggan berspekulasi lebih jauh. Argo mengaku menyerahkan sepenuhnya kepada proses penyidikan yang tengah berjalan.

"Belum ada (tersangka lagi). (Biarkan) fakta hukum yang berbicara. Seandainya nanti misalnya ditemukan ada bukti lain ya, kalau ada orang lain yang terlibat, ya kenapa, tidak? Kita proses. Yang penting ada alat bukti yang ada," kata dia. n mabruroh ed: ilham tirta

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement