REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemerintah Iran meminta semua negara yang warganya meninggal dalam kecelakaan pesawat Ukraine International Airlines tak mempolitisasi kejadian tersebut. Iran menyatakan telah bekerja semampunya menangani kasus itu.
"Kami meminta semua pihak untuk tidak membuat masalah manusia, khususnya kecelakaan tragis ini, menjadi alasan untuk gerakan politik," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi pada Jumat (17/1).
Dia pun menyoroti Kanada yang meminta akses konsuler terkait kecelakaan tersebut. Menurut Mousavi, hal itu aneh karena hampir semua korban kecelakaan telah diidentifikasi.
Pekan lalu, lima negara yang warganya tewas dalam kecelakaan Ukraine International Airlines yakni Swedia, Kanada, Ukraina, Swedia, dan Inggris meminta Iran membayar kompensasi kepada keluarga para korban. Kelima negara pun mendesak Iran melakukan penyelidikan internasional yang menyeluruh, independen, dan transparan.
Pesawat Ukraine International Airlines jatuh pada 8 Januari lalu. Insiden itu terjadi tak lama setelah pesawat lepas landas dari bandara Imam Khomeini di Teheran, Iran. Awalnya pesawat diduga mengalami masalah teknis. Namun akhirnya diketahui bahwa ia tertembak misil Iran.
Kepala Divisi Kedirgantaraan Garda Revolusi Iran Amir Ali Hajizadeh telah mengatakan unitnya bertanggung jawab penuh atas penembakan pesawat tersebut. Pesawat Ukraine International Airlines memang jatuh tak lama setelah Iran meluncurkan puluhan misil ke basis militer Amerika Serikat (AS) di pangkalan udara Ain al-Asad, Irak. Serangan itu merupakan balasan Iran terhadap AS atas dibunuhnya Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qasem Soleimani.