Ahad 19 Jan 2020 06:05 WIB

BIN Sudah Deteksi Keraton Kontroversial

Polisi pun masih menelusuri dan menyelidiki keberadaan Sunda Empire di Bandung.

Warga memotret batu prasasti di sanggar cabang Keraton Agung Sejagad, Desa Brajan, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Jumat (17/1/2020).
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Warga memotret batu prasasti di sanggar cabang Keraton Agung Sejagad, Desa Brajan, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Jumat (17/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Budi Gunawan mengatakan, pihaknya telah lama mendeteksi keberadaan Keraton Agung Sejagat di Purworejo yang dinilai kontroversial dan membuat geger publik. Meski demikian, Kepala BIN mengungkapkan, adanya dugaan pidana tidak menjadi ranah intelijen.

"Itu kami sudah lama mendeteksinya, tetapi baru muncul (ramai)," ujar dia kepada wartawan selepas acara pelantikan PB e-Sports di Hotel Kempinski, Jakarta, Sabtu (18/1).

Baca Juga

Budi pun menjelaskan, pemantauan juga sudah dilakukan kepada Sunda Empire. Menurut dia, BIN telah lama mengetahui keberadaan 'kerajaan' yang telah berada di bawah radar dan pemantauan mereka sejak dulu. Terkait adanya unsur pidana dalam 'kerajaan-kerajaan' itu, Budi menyerahkan kepada pihak kepolisian.

"Yang penting ada memang keraton-keraton yang tergabung dalam kerajaan nusantara. Lain hal kalau ada unsur pidananya di dalamnya. Di antaranya sekarang yang dikembangkan masalah penipuan dan lain-lain, itu yang ditelusuri," kata dia.

Sebelumnya, keberadaan Keraton Agung Sejagat di Purwokerto, Jawa Tengah, telah membuat geger publik hingga berujung pada penetapan tersangka Totok Santosa dan Fanni Aminadia. Penangkapan tersebut didasari atas alasan bahwa mereka terbukti melakukan tindakan pidana berupa penipuan. Sejumlah barang bukti disita, termasuk dokumen yang diduga dipalsukan pelaku.

Polisi pun masih menelusuri dan menyelidiki keberadaan Sunda Empire di Bandung, Jawa Barat. Namun, keberadaan Sunda Empire itu dinilai sama seperti Keraton Agung Sejagat karena mereka menggunakan kostum serupa seragam militer lengkap dengan atribut yang tidak jelas asal-usulnya.

Sejarawan Indonesia, Asep Kambali, menilai, klaim Toto Santosa yang mengaku sebagai raja Keraton Agung Sejagat tidak sesuai dengan sejarah."Saya perhatikan dari pidatonya sebelum ditangkap polisi, banyak yang disampaikan itu ahistoris," kata Asep Kambali yang dihubungi dari Jakarta.

Asep menilai, perlu dilakukan penelusuran terkait asal usulnya, apakah benar keturunan Majapahit dan Mataram sebagaimana yang disampaikan Toto. "Kalau ternyata apa yang disampaikan ngawur maka itu penipuan, tidak sesuai dengan fakta sejarah," kata dia. N antara ed: a syalaby ichsan

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement